Kaleidoskop 2021: Afghanistan Diambil Alih Taliban, Semua Berubah

Beredar foto Taliban naik perahu bebek di Danau Band e-Amir Afghanistan
Sumber :
  • Twitter

VIVA – Kembalinya rezim Taliban menggulung pemerintah Afghanistan lalu menguasai negara itu menjadi peristiwa dunia yang disorot tahun 2021. Apalagi rezim Taliban bisa melakukannya dengan relatif cepat dan tanpa perlawanan berarti dari pasukan pemerintah Afghanistan.

Perempuan Cantik dan Berpengaruh Ini Hengkang, Bill Gates sampai Buka Suara

Hal tersebut memang bisa diprediksi usai Amerika Serikat memutuskan menarik pasukan seluruhnya dari negara itu setelah Presiden AS Donald Trump tahun sebelumnya sepakat dengan petinggi Taliban di Doha, Qatar. Namun cepatnya rezim Taliban mengambil alih kota-kota utama di Afghanistan hingga Ibu Kota Kabul pada pertengahan Agustus 2021 membuat transisi menjadi lebih cepat. Perubahan yang terjadi instan tak bisa dihindari.

Presiden Afghanistan Ashraf Ghani saat itu juga melarikan diri. Pasukan keamanan Afghanistan tak berdaya tanpa bantuan pasukan asing dan bisa dilucuti dengan mudahnya oleh Taliban. Pemimpin Taliban kemudian mengumumkan kemenangan. Mereka juga mengklaim diri bukanlah Taliban yang dahulu dan akan memperhatikan hak-hak perempuan. Sayangnya  klaim ini dipertanyakan dan diragukan banyak pihak dan belum terbukti hingga saat ini.

Maknai Hari Ibu Internasional, Indira Sudiro Ajak Wanita Hidup Sehat dan Seimbang

Eksodus Masif

Situasi di Afghanistan berubah drastis. Banyak orang termasuk warga Afghanistan sendiri berusaha meninggalkan negara itu. Di antaranya mereka yang selama tak ada Taliban bekerja di perusahaan asing termasuk para kontributor asing, wartawan hingga penerjemah bagi AS dan sejumlah negara. Sebagian dari mereka banyak yang diangkut oleh otoritas asing terkait. Namun sayangnya sebagian lagi harus berjuang sendiri.

Potret Memilukan, 3 Balita Terendam Lumpur saat Banjir Bandang di Afghanistan

Pesawat demi pesawat angkut mulai keluar dari Afghanistan. Baik yang membawa pasukan AS dan negara-negara lain juga warga asing di sana. Banyak negara mengirim pesawat untuk mengangkut negara mereka. Sementara warga Afghanistan yang merasa keselamatan terancam di bawah Taliban juga memilih ikut ke negara asing dan menjadi pengungsi di sana.

Ratusan warga Afghanistan memenuhi ruangan pesawat militer AS menuju Qatar dari Kabul.

Photo :
  • ANTARA/Courtesy of Defense One

Situasi Bandara Kabul sempat kaos. Bahkan ada juga warga yang berebut masuk pesawat sampai jatuh dan kemudian tewas. Namun memang sesuai dengan perpanjian, pasukan Taliban yang ikut menjaga di Bnadara Kabul justru ikut melakukan pengecekan dan membantu pasukan AS segera hengkang dari sana agar Taliban benar-benar "bersih" dari intervensi AS.

Ubah Nama dan Kabinet Baru

Tak lama setelah berkuasa Taliban langsung mengumumkan susunan kepemimpinan di Afghanistan dan membuat perubahan nama negara menjadi Emirat Islam Afghanistan. Taliban juga secara praktis mengganti semua bendera negara itu yang berkibar di tempat-tempat umum dengan bendera khas Taliban berwarna putih dengan tulisan berwarna hitam.

Meski dari rezim Taliban sendiri tak ada pernyataan resmi soal penggantian bendera ini. Hanya, orang-orang yang masih mengibarkan bendera Taliban sebelum Taliban merebut kembali negara itu akan dihukum. Belakangan bendera lama dijadikan menjadi simbol perlawanan.

Sementara itu kabinet baru juga dibentuk dan tak ada satu pun kaum perempuan di dalamnya. Rezim Taliban juga mulai melakukan komunikasi dengan berbagai negara dan mendapat dukungan antara lain dari China dan Rusia.

Demonstrasi Para Perempuan

Beberapa pekan setelah rezim Taliban berkuasa, demonstrasi masih terjadi di sejumlah wilayah khususnya di Kabul. Sejumlah aksi unjuk rasa dilakukan oleh massa perempuan yang berani. Mereka mengkritik soal masih samanya kondisi perempuan di bawah rezim Taliban lama dan Neo-Taliban.

Contohnya para siswa lelaki sudah diperbolehkan masuk sekolah dan melakukan kegiatan belajar-mengajar namun tidak demikian dengan perempuan. Massa perempuan yang digawangi para aktivis ini meminta adanya perlakuan yang sama.

Pejuang hak perempuan dan aktivis sipil melakukan protes kepada Taliban di Kabul

Photo :
  • ANTARA/Reuters

Diketahui kebebasan kaum perempuan dalam berkarier khususnya di dunia media juga dibatasi pascakekuasaan Taliban. Para perempuan dilarang tampil di drama sinteron selaian itu para presenter yang tampil di layar kaca diwajibkan menggunakan hijab.

Bantuan Asing Hilang

Kondisi Afghanistan bisa dikatakan makin terpuruk pula secara ekonomi. Dengan pendapatan perkapita yang amat rendah selama ini Afghanistan masih mengandalkan bantuan asing.

Namun sejak berkuasanya Taliban, berbagaia bantuan asing ditarik kembali termasuk yang berasal dari negara-negera Eropa. Pemerintah Jerman sendiri langsung mengumumkan akan menghilangkan bujet bantuan untuk negara itu setelah Taliban menguasainya. Hanya badan PBB dan sedikit lembaga yang masih mau menyaluarkan dan bisa dikatakan jumlahnya amat tidak signifikan. 

Buntutnya Afghanistan sudah berada di krisis ekonomi parah. Apalagi musim dingin dan kekeringan menambah risiko gagal panen bagi petani. Kelaparan mengancam dan mulai terjadi di negara tersebut.

Serangan ISIS-K Bertubi-tubi

Selain masalah ekonomi, problem keamanan juga mulai dihadapi oleh Taliban. Serangan teroris terjadi di sejumlah wilayah di negara itu. Bom-bom yang dipasang ISIS-Khorasan atau yang dikenal dengan ISIS-K, jaringan ISIS di Afghanistan meledak di mana-mana.

Masjid Syiah di Afghanistan dibom ISIS-K

Photo :
  • Video BBC

Masjid demi masjid menjadi objek serangan ISIS-K. Dalam tingga minggu saja dalam sebulan pernah dilaporkan setiap Jumat terjadi serangan bom termasuk yang terjadi usai Salat Jumat.

Serangan ISIS-K yang kembali menggempur Afghanistan menjadi tantangan baru setelah selama ini ISIS-K menciut lantaran ada pasukan asing di sana. Oleh karena itu bisa disimpulkan secara tesktur keamanan, Afghanistan juga kembali labil.

Krisis Pangan

Sebagaimana diprediksi PBB dan sejumlah lembaga asing, Afghanistan menghadapi krisis ekonomi yang parah. Musim dingin juga diprediksi bisa menambah korban tewas di sana akibat kekurangan makanan dan tempat tinggal yang layak.

Mantan menteri Afghanistan yang kini tinggal di Jerman sempat menyampaikan aspirasi kepada dunia bahwa Taliban perlu dirangkul. Namun dengan merangkul Taliban sebenarnya yang akan terbantu adalah rakyat Afghanistan yang mengalami krisis ekonomi dan kesulitan pangan.

Sayangnya banyak pemerintah negara tak percaya pada Taliban. Hingga pertengahan Desember 2021, tak banyak tambahan bantuan bagi rakyat Afghanistan. Mereka harus berjuang sendiri menghadapi ketidakpastian itu dengan pemerintah yang juga masih mencari sumber ekonomi yang kuat.

Ditolak PBB

Meskipun Taliban berupaya untuk mengangkat legitimasinya di dunia internasional namun ternyata tak semudah yang dibayangkan. PBB misalnya belum mau menerima pimpinan Taliban sebagai representasi resmi Afghanistan dengan berbagai alasan termasuk Taliban belum menjalankan demokrasi dan memperhatikan hak-hak perempuan di negara itu.

PBB menyatakan mereka belum mengakui Taliban sebagai Afghanistan di forumnya sebagaimana juga belum mengakui Junta Militer sebagai representasi Myanmar usai kudeta.

Hal ini membuat Taliban belum diperbolehkan ikut dan tampil dalam forum-forum dunia tersebut.

Sabu, Heroin dan Opium

Berada dalam situasi sulit, tren lama kembali muncul di Afghanistan soal ikon negara itu sebagai surga opium dunia. Tak hanya opium, narkotika sabu dan heroin juga kini menjadi sumber pendapatan di sana. Dilansir BBC, para petani Afghanistan banyak menanam tanaman untuk opium dan bahan sabu karena lebih menguntungkan dan tidak terlalu butuh banyak air.

Narkoba jenis sabu.

Photo :
  • VIVA/M Ali Wafa

Hal itu mereka lakukan karena bertani tanaman konvensional amat memberatkan. Selain itu baik sabu, opium hingga heroin amat banyak dicari termasuk oleh bandar dan orang-orang dari luar Afghanistan. Budidaya hingga membuat pabrikan narkotika disebut menjadi jalan keluar kesulitan ekonomi.

Selain itu, sabu bahkan disebut bisa dijual di pasar-pasar tertentu dan ditemukan amat mudah di Kandahar, salah satu pusat sabu di sana. Juru bicara Taliban sendiri tak mengakui dengan gamblang walau dia mengatakan Taliban tak bisa melarang tanpa memberikan jalan keluar kepada para petani dan pedagang di sana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya