Sri Lanka Kehabisan Gas, Masyarakat Beralih Memasak Gunakan Kayu Bakar

Warga mengantre untuk membeli gas rumah tangga pada sebuah distributor di Kolombo, Sri Lanka, pada Rabu (1/6/2022).
Sumber :
  • ANTARA FOTO/REUTERS/Dinuka Liyanawatte/wsj/NBL)

VIVA Dunia – Sri Lanka yang dulu relatif kaya kini menderita krisis ekonomi yang mengerikan dengan kekurangan segala sesuatu mulai dari obat-obatan hingga gas. Orang-orang di negara tersebut juga kembali memasak dengan kayu bakar.

Prilly Latuconsina Ketahuan Masak Pakai LPG 3 Kg, ESDM Beri Sindiran Menohok

Pergantian cara memasak ini dimulai pada awal tahun 2022, ketika lebih dari 1.000 dapur meledak di seluruh negeri, dan menewaskan sedikitnya tujuh orang dan melukai ratusan lainnya.

Melansir dari Channel News Asia, Rabu 6 Juli 2022, sekarang, karena krisis ekonomi dengan banyak hal lain di negara berpenduduk 22 juta orang itu, gas tidak tersedia atau terlalu mahal bagi kebanyakan orang.

Pertamina Adds 7.36 Million Three-kg Gas Canisters for Eid al-Fitr

Warga Sri Lanka antre minyak dan gas yang dirasakan mulai langka

Photo :
  • AP Photo/Eranga Jayawardena

Beberapa mencoba beralih ke kompor minyak tanah, tetapi pemerintah tidak memiliki dolar untuk mengimpornya bersama dengan bensin dan solar, yang juga kekurangan pasokan. Dan mereka yang membeli kompor listrik akan kesulitan, ketika pemerintah memberlakukan pemadaman listrik karena kehabisan dolar untuk mengimpor bahan bakar untuk generator.

Bikin Geram, Netizen Temukan Prilly Latuconsina Masak Hidangan Lebaran Pakai Gas Subsidi

Niluka Hapuarachchi, wanita berumur 41 tahun, secara ajaib tidak terluka ketika tabung gasnya meledak setelah memasak makan siang pada hari Minggu di bulan Agustus lalu.

"Untungnya, saat itu tidak ada orang. Ada pecahan kaca di lantai. Kompor kaca meledak. Saya tidak akan pernah menggunakan gas untuk memasak. Tidak aman. Kami sekarang menggunakan kayu bakar," katanya.

Pemilik restoran pinggir jalan M G Karunawathi juga beralih ke kayu bakar, dan mengatakan itu adalah pilihan antara menutup usahanya atau bertahan dengan asap dan jelaga.

"Kami menderita (karena menghirup asap) saat memasak dengan kayu bakar, tapi kami tidak punya pilihan," kata Karunawathi.

"Juga sulit untuk menemukan kayu bakar dan juga menjadi sangat mahal."

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya