Tentara Muslim Ukraina Rayakan Idul Adha dan Berdoa untuk Menang

Tentara Muslim Ukraina Rayakan Idul Adha dan Berdoa untuk Menang Lawan Rusia.
Sumber :
  • Nariman El-Mofty/The Associated Press.

VIVA Dunia – Sedikitnya belasan tentara Muslim Ukraina merayakan Idul Adha dengan sholat dan beribadah di Masjid Medina, masjid terakhir yang masih beroperasi di wilayah Donbas, Ukraina. Sesi doa dipimpin oleh mantan Mufti Sheikh Said Ismahilov, yang merupakan pemimpin spiritual terkemuka di negara itu.

Rusia Izinkan Foto Muslimah Berhijab untuk Paspor

Ismayilov, dalam khotbahnya setelah salat Idul Fitri, mengatakan kepada jemaah bahwa Idul Adha tahun ini memiliki makna khusus, karena periode perang dan pertempuran yang intens. 

Dia meminta tentara untuk memikirkan tentang Muslim yang selamat dari perang di wilayah pendudukan, di mana banyak orang telah menyaksikan rumah mereka dihancurkan dan masjid-masjid lokal dihancurkan.

Video Jet Tempur Ukraina Dikejar Rudal Nuklir Rusia, Bak Film Top Gun

Melansir dari Kyiv Post, Kamis 14 Juli 2022, Masjid di Konstantinovka digunakan untuk melayani populasi Muslim lokal yang berjumlah beberapa ratus orang. Sekarang masjid ini menjadi satu-satunya masjid operasional yang tersisa di wilayah yang dikuasai Ukraina di Donbas. 

Ismahilov mengungkapkan bahwa total ada hingga 30 masjid di daerah itu, tetapi sebagian besar sekarang berada di bawah kendali Rusia. Muslim merupakan minoritas kecil dari hampir satu persen populasi di Ukraina yang sebagian besar merupakan negara Kristen Ortodoks.

Tegas! Putin Langsung Pecat Wakil Menteri Pertahanan yang Terjerat Kasus Korupsi

Di Ukraina Timur terdapat komunitas Muslim yang cukup besar karena gelombang migrasi ekonomi di wilayah yang telah menjadi industri selama bertahun-tahun.

Muslim berimigrasi ke daerah Donbas untuk bekerja di pabrik dan pertambangan. Ada juga populasi Muslim yang besar di Krimea, yang merupakan rumah bagi Tatar Krimea. Pada tahun 2014 itu secara ilegal dianeksasi oleh Rusia ketika konflik pertama kali dimulai.

Hal itu memaksa sebagian besar penduduk Muslim dari Krimea dan Donbas untuk pindah ke daerah lain di negara itu, di mana mereka menciptakan pusat-pusat Islam baru dan menjadi bagian dari komunitas Tatar yang sudah lama berdiri, bekerja sama dengan orang-orang Arab, Turki, dan Ukraina.

Namun, sejak invasi Rusia pada Februari 2022, banyak Muslim di seluruh wilayah terpaksa mengungsi lagi. Tetapi beberapa Muslim memilih untuk tetap berperang.

Mufti Said Ismahilov termasuk di antara mereka, dan menghentikan tugas agamanya untuk berperang di negaranya. Keputusan sulit Ismahilov datang setelah ancaman serangan yang akan segera terjadi semakin kuat pada akhir tahun lalu.

Dia memulai pelatihan militernya dengan batalion pertahanan teritorial lokal, setelah menjabat sebagai pemimpin spiritual Islam selama 13 tahun. Ismahilov yang lahir dan besar di timur Ukraina, sebelumnya telah melarikan diri dari Rusia pada tahun 2014, ketika separatis yang didukung oleh Moskow menguasai kotanya.

“Kali ini saya membuat keputusan bahwa saya tidak akan melarikan diri, saya tidak akan melarikan diri, tetapi saya akan bertarung,” ungkapnya dalam sebuah wawancara.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya