Apakah Taiwan akan Jadi 'Ukraina' Berikutnya, Ini Kata Para Pakar

Proyektil ditembakkan dari wilayah China tak disebutkan ke arah Selat Taiwan
Sumber :
  • CCTV via AP

VIVA Dunia – Bisakah Taiwan menjadi Ukraina berikutnya? Pertanyaan ini muncul oleh para pakar pertahanan dan kebijakan luar negeri selama beberapa bulan terakhir bahkan sebelum latihan militer Beijing dimulai pekan lalu sebagai tanggapan atas kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat (AS) Nancy Pelosi ke Taiwan.

Innalillahi, Prajurit Terbaik TNI Angkatan Darat Meninggal Dunia Tersambar Petir

Situasi telah meningkat dengan cepat dalam seminggu terakhir. China pertama kali mengumumkan latihan militer dengan latihan tembakan langsung ketika Ketua DPR AS baru saja akan mendarat di Taiwan dengan jet Angkatan Udara pekan lalu.

Selama latihan ini, rudal ditembakkan di atas Ibu Kota Taipei untuk pertama kalinya, pesawat tak berawak terbang di atas pulau-pulau lepas pantai Taiwan dan kapal perang berlayar melintasi garis tengah Selat Taiwan sebagai praktik blokade.

SPKLU Sudah Banyak, Naik Wuling BinguoEV Bisa dari Jakarta ke Mandalika

Jet Mirage milik tentara Taiwan mendarat di Pangkalan Udara Hsinchu

Photo :
  • Wang Xinchao/Xinhua via AP

Pada Senin, 8 Agustus 2022, China memutuskan untuk memperpanjang latihan militer yang telah mengganggu pengiriman dan lalu lintas udara secara substansial untuk negara kepulauan itu.

Korut Kirim Utusan ke Iran, Kira-kira Ini yang Dibahas

Selain itu, Beijing juga meningkatkan kekhawatiran tentang potensi konflik di kawasan itu bahkan ketika dunia berurusan dengan dampak global akibat perang Rusia dengan Ukraina di  Eropa Timur.

Jadi bisakah konflik di Asia ini segera berubah menjadi perang? Ini tanggapan para ahli:

Michael Chang, yang mengelola penelitisn soal krisis rudal Taiwan 1996 ketika dia menjadi Wakil Sekretaris Jenderal Dewan Keamanan Nasional Taiwan, mengatakan kepada media lokal bahwa latihan itu bisa menjadi pratinjau skenario invasi China.

Pesawat militer China terbang di sekitar Taiwan.

Photo :
  • Xinhua via AP.

Latihan tembakan langsung adalah pertunjukan kekuatan militer yang melibatkan penggunaan amunisi langsung untuk menciptakan kondisi pelatihan yang sedekat mungkin dengan skenario pertempuran nyata.

Sementara kemampuan militer China jauh melebihi Taiwan dan demonstrasi kemampuan militer pasti akan menambah tekanan. Namun negara kepulauan itu telah bersiap untuk segala kemungkinan dan telah hidup di bawah ketakutan akan invasi China selama beberapa dekade.

Konflik antara China dan Taiwan berawal dari era perang saudara pada masa Mao Zedong. Ketua Mao mendirikan Republik Rakyat Tiongkok dengan memenangkan perang saudara pada tahun 1949 dan lalu mengirim pemerintah nasionalis Kuomintang untuk mundur ke Taiwan, yang sejak itu memiliki pemerintahan sendiri.

Namun Beijing masih memandang pulau itu sebagai bagian dari wilayahnya dan telah bersumpah untuk menyatukannya dengan daratan dan menggunakan kekuatan jika perlu.

Tetapi konflik membuat segalanya menjadi lebih rumit ketika Presiden China Xi Jinping, pemimpin paling kuat China sejak Ketua Mao malah mengincar masa jabatan ketiga yang belum pernah terjadi sebelumnya.

China juga jauh lebih tangguh sekarang ini di bawah pimpinan Xi dibandingkan selama Krisis Selat Taiwan Ketiga pada tahun 1996 silam saat terakhir kali Beijing menembakkan rudal di dekat negara pulau itu.

“Xi tidak ingin dilihat sebagai pemimpin yang memasuki masa jabatan ketiga yang bersejarah dengan sedikit kelemahan, dan dia ingin mencatat sejarah sebagai pemimpin yang menyatukan Taiwan,” ujar Harsh V Pant, seorang analis Kebijakan Luar Negeri di Observer Research Foundation (ORF) yang berbasis di Delhi dikutip dari The Independent, Rabu, 10 Agustus 2022.

Namun, ia menjelaskan bahwa agresi China saat ini terutama berasal dari fakta bahwa Beijing telah mengundurkan diri dalam masalah kunjungan Pelosi yang gagal dicegah.

Jet tempur China dikomandoi PLA mengisi bahan bakar di udara dekat Taiwan

Photo :
  • Xinhua via AP

“Begitu (China) menaikkan tingkat desibel begitu tinggi, hal itu berarti sekarang harus bereaksi,” katanya.

Dia menambahkan bahwa perang besar-besaran dengan Taiwan mungkin juga bukan kepentingan terbaik Beijing.

Para pengamat sebagian besar setuju bahwa latihan ini adalah latihan penyelamatan muka domestik oleh China untuk menyeimbangkan kemarahan yang ditimbulkannya atas kunjungan Pelosi dan kegagalannya untuk mencegahnya.

Profesor Pant menambahkan bahwa Beijing sedang menguji tekad AS dengan mengancam akan meningkatkan situasi atas kunjungan Pelosi tetapi tahu bahwa pilihannya terbatas.

“China juga tahu bahwa perang penuh dengan Taiwan pada tahap ini adalah sesuatu yang bisa menjadi bencana bagi kepentingannya sendiri,” kata Pant.

Ada juga kekhawatiran bahwa AS dan China dapat berperang memperebutkan Taiwan namun para ahli sepakat bahwa kedua negara tidak memiliki keinginan untuk meningkatkan ketegangan sejauh ini.

Tetapi hal itu tidak berarti ketegangan yang meningkat tidak akan memiliki dampak skala besar di Taiwan dan di dunia termasuk pada hubungan antara AS dan China, yang menyaksikan ketegangan yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Para ahli mengatakan kunjungan Pelosi dan tanggapan China selanjutnya telah mengubah status quo di kawasan itu dalam jangka panjang.

“Saya tidak mengantisipasi hal-hal lain akan meningkat lebih lanjut, tetapi status quo baru akan tetap pada tingkat eskalasi ini,” kata Lev Nachman, seorang ilmuwan Politik dan Asisten Profesor di National Chengchi University di Taiwan.

“Dalam seminggu terakhir, kami telah melihat ancaman jet militer bergerak dari zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Taiwan ke garis median. Ini secara signifikan lebih dekat ke Taiwan dan menunjukkan niat China untuk meningkatkan risiko ancaman militer ini,” kata Nachman.

Dalam jangka pendek, Taiwan mungkin harus lebih mengkhawatirkan masalah ekonomi.

Sementara para ahli mengatakan perdagangan di sana akan berjalan seperti biasa meskipun ada latihan perang. Taiwan pada awalnya juga dibiarkan berebut rute alternatif untuk penerbangan dan pengiriman tepat ketika Pelosi pergi pada 3 Agustus 2022.

Para perencana militer China telah lama membahas blokade terhadap Taiwan namun sampai sekarang, mereka kemungkinan besar melihat tindakan seperti itu sebagai tindakan yang terlalu provokatif.

Kemampuan untuk menegakkan blokade akan memberi Beijing pengaruh untuk membawa Taiwan ke meja perundingan selama konflik.

“Saya ragu akan ada blokade rute perdagangan formal, bahkan sekarang kita telah melihat rute perdagangan kembali normal meskipun China mengklaim bahwa mereka akan melanjutkan latihan militer,” kata Nachman.

Dia menambahkan bahwa Faktor ekonomi yang paling mungkin terjadi dari ini adalah sanksi yang dijatuhkan oleh China terhadap Taiwan, atau persepsi risiko yang lebih luas untuk berinvestasi di Taiwan dalam jangka pendek.

Secara keseluruhan, kunjungan Pelosi, meski bersejarah dan simbolis dari dukungan terkuat Washington sejauh ini, ternyata hal itu menjadi biaya yang cukup besar bagi Taiwan.

Sementara itu pejabat di China mempertanyakan tekad AS dan sekutunya untuk mendukung Taiwan. Sementara negara-negara tersebut mengutuk latihan tersebut, meski mereka tidak secara langsung melakukan intervensi untuk menghentikan latihan blokade itu.

“Melihat bagaimana AS dan sekutunya menanggapi latihan tersebut, seberapa yakin para pemimpin Taiwan dapat mengandalkan mereka untuk datang menyelamatkan jika PLA menyerang?” ujar seorang mantan pejabat pertahanan China yang tidak ingin disebutkan namanya.

Namun para analis mengatakan Taiwan tahu haraga besar yang harus dibayar dan tampaknya bereaksi dengan tenang terhadap situasi tersebut.

“Dalam jangka pendek ya, bisa dibilang jika Pelosi tidak datang, latihan dan sanksi ini tidak akan terjadi, setidaknya tidak sekarang. Apakah keuntungannya akan lebih besar daripada kerugiannya, saya pikir waktu yang akan menjawabnya," kata Nachman lagi.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya