Arti Penting Aksi Potong Rambut dalam Demo Antihijab di Iran

Unjuk rasa di Iran, massa potong rambut dan membakar kerudung
Sumber :
  • Twitter via CNN International

VIVA Dunia – Seorang wanita Iran menangis terlihat berlutut di dekat peti mati saudara laki-lakinya. Dia memotong rambutnya dengan gunting. Di sisi lainnya, kerabatnya meratapi keadilan yang nyaris tak terisisa di negara itu. Si perempuan mulai melemparkan untaian rambutnya ke peti mati.

Drone Bunuh Diri Iran Bombardir Suriah, Habisi Nyawa Warga Sipil

Mereka berduka untuk Javad Heydari, pria berumur 36 tahun yang ditembak mati pekan lalu di salah satu protes anti-pemerintah yang mencengkeram Iran.

Foto-foto wanita yang memotong rambutnya telah membangkitkan semangat wanita di seluruh dunia untuk bergabung dengan wanita Iran yang memprotes kematian Mahsa Amini yang berusia 22 tahun.  

Profesor Pro-Israel Lecehkan Wanita Berhijab di Kampus AS, Langsung Dipecat!

Dia meninggal di rumah sakit pada 16 September, tiga hari setelah dibawa oleh polisi moral Iran karena mengenakan kerudung yang tidak sesuai dengan aturan di negara itu.

Dari Timur Tengah, Eropa dan di seluruh Amerika Serikat (AS), perempuan di seluruh dunia telah menunjukkan solidaritas dengan melakukan demonstrasi. Beberapa juga memotong atau mencukur rambut mereka di depan umum.

Polri Buru WN Iran Pengirim 'Kado' Berisi 20 Ribu Ekstasi dari Belanda-Belgia

Sekarang pada hari ke-13 mereka, protes telah melanda 80 kota Iran, termasuk Ibu Kota Teheran. Pasukan keamanan Iran telah menindak para pengunjuk rasa, dengan ratusan ditangkap dan setidaknya 76 orang tewas.

Lalu apa arti sebenarnya wanita memotong rambut mereka dalam protes antihijab di Iran?

Bagi banyak wanita Iran, memotong rambut adalah tanda kecantikan yang ditetapkan untuk disembunyikan di Republik Islam. Jadi, memotong adalah bentuk protes yang pedih.

"Kami ingin menunjukkan kepada mereka bahwa kami tidak peduli dengan standar mereka, definisi kecantikan mereka, atau apa yang mereka pikirkan tentang penampilan kami,” kata Faezeh Afshan, seorang insinyur kimia Iran yang tinggal di Bologna, Italia, yang juga turut memotong rambutnya.

“Ini untuk menunjukkan bahwa kami marah.”

Melansir dari CNN International, Kamis, 29 September 2022, Afshan mengaitkan praktik memotong rambut dengan praktik budaya historis.  

"Dalam literatur kami, memotong rambut adalah simbol berkabung, dan terkadang simbol protes," katanya kepada media massa.

"Jika kami bisa memotong rambut kami untuk menunjukkan bahwa kami marah. Kami akan melakukannya," tambahnya.

Praktik ini dikutip dalam Shahnameh, epos Persia berusia 1.000 tahun dan budaya andalan di Iran yang ditulis oleh Ferdowsi.

Terbuat dari hampir 60.000 ayat, puisi itu menceritakan kisah raja-raja Persia dan merupakan salah satu karya sastra terpenting dalam bahasa Persia. Dalam lebih dari satu contoh melalui karya epik, rambut dicukur sebagai tanda atas tindakan berkabung.

“Wanita memotong rambut mereka adalah tradisi Persia kuno ketika kemarahan lebih kuat dari kekuatan penindas,” cuit penulis dan penerjemah yang berbasis di Wales Shara Atashi.  

“Saat yang kita tunggu-tunggu telah tiba. Politik didorong oleh puisi.”

Di Shahnameh, setelah pahlawan Siyavash terbunuh, istrinya Farangis dan gadis-gadis yang menemaninya memotong rambut mereka untuk memprotes ketidakadilan, kata Atashi.

Karakter yang digambarkan dalam puisi itu digunakan sehari-hari sebagai simbol dan pola dasar, katanya.

Dia juga menambahkan bahwa puisi itu telah membantu membentuk identitas orang Iran, Afghanistan, dan Tajik selama 1.000 tahun.

"Tapi ada potongan rambut dalam puisi Hafez dan Khaqani juga, selalu tentang berkabung dan protes terhadap ketidakadilan,” katanya merujuk pada penyair Persia lainnya.

Praktik ini juga umum dalam budaya kuno lainnya. The Epic of Gilgamesh, sebuah puisi berusia 3.500 tahun dari Mesopotamia kuno (Irak modern) mencakup tema kesedihan dan keputusasaan di mana memotong atau mencabut rambut digunakan untuk mengekspresikan kesedihan. Puisi itu dianggap sebagai salah satu karya sastra tertua di dunia.

Shima Babaei, seorang aktivis Iran yang tinggal di Belgia mengatakan dia ditangkap oleh polisi moralitas terkenal Iran pada tahun 2018. Dia ditangkap karena secara terbuka melepas jilbabnya sebagai tanda protes mengatakan bahwa pemotongan rambut memiliki makna historis bagi orang Iran.

Wanita yang kehilangan kerabat terkadang langsung memotong rambut mereka sebagai tanda berkabung dan marah, katanya.

“Bagi kami, Mahsa adalah saudara perempuan kami. Jadi, dengan cara ini, kami memprotes.”

Memotong rambut, kata Atashi, merupakan upacara berkabung untuk lebih mengungkapkan kedalaman penderitaan karena kehilangan orang yang dicintai.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya