Dua Negara Ini Dianggap Bisa Jinakkan Kelakuan Agresif Korut

VIVA Militer: Rudal balistik Korea Utara (Korut)
Sumber :
  • jpost.com

VIVA Dunia – Amerika Serikat (AS) percaya China dan Rusia memiliki pengaruh yang dapat mereka gunakan untuk membujuk Korea Utara agar tidak melanjutkan uji coba bom nuklir, menurut seorang pejabat senior pemerintah AS.

Baba Vanga Ramal Perang Dunia III Akan Terjadi, Gegara Konflik Iran-Israel?

Pejabat tersebut berbicara dengan syarat anonim, dan mengatakan bahwa AS telah mengatakan sejak Mei bahwa Korea Utara sedang bersiap untuk melanjutkan uji coba nuklir untuk pertama kalinya sejak 2017, namun tidak jelas kapan akan melakukan uji coba itu.

Korea Selatan juga telah memperingatkan uji coba rudal ketujuh selama berbulan-bulan, sementara pengawas nuklir PBB mengatakan pekan lalu bahwa Pyongyang telah bersiap untuk uji coba nuklir miliknya. "Kami memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi bahwa mereka telah membuat persiapan," kata pejabat AS itu, dikutip dari AlJazeera, Jumat, 4 November 2022.

SPKLU Sudah Banyak, Naik Wuling BinguoEV Bisa dari Jakarta ke Mandalika

"Kami percaya bahwa mereka dapat melakukan (peluncuran rudal) ini,"

VIVA Militer: Uji coba rudal jelajah Korea Utara (Korut)

Photo :
  • scmp.com
Korut Kirim Utusan ke Iran, Kira-kira Ini yang Dibahas

Washington sendiri ingin melihat Rusia dan China melakukan apa yang mereka bisa untuk mencegah Pyongyang.

"Kami benar-benar berpikir bahwa mereka (Korea Utara) dapat menghentikan peluncuran uji coba rudal, jika ada peran dari Rusia dan China. Dan saya pikir sikap Rusia dan China memang memiliki pengaruh terhadap mereka.”

AS telah meminta pertemuan publik Dewan Keamanan PBB, di mana Moskow dan Beijing termasuk di antara lima anggota tetap dengan hak veto, untuk membahas Korea Utara setelah serentetan peluncuran rudal, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM) yang melintasi Korea Selatan dan Jepang yang terdeteksi pada hari Kamis.

Korea Utara dilarang melakukan uji coba nuklir dan peluncuran rudal balistik di bawah sanksi Dewan Keamanan, yang telah diperkuat selama bertahun-tahun untuk mencoba dan memotong dana untuk program senjatanya.

Namun perselisihan yang berkembang di badan 15 anggota, diperburuk oleh invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari, telah merusak konsensus tentang bagaimana menangani Korea Utara.

Sanksi

Berita TV soal Korut luncurkan rudal susulan dengan foto Kim Jong-un

Photo :
  • AP Photo/Lee Jin-man

Pada bulan Mei, Rusia dan China memveto upaya pimpinan AS untuk menjatuhkan lebih banyak sanksi PBB terhadap Pyongyang atas uji coba rudal balistiknya yang baru, setelah mendukung sanksi yang lebih ketat pada tahun 2017. Pejabat AS itu mengatakan Pyongyang mungkin menunda dimulainya kembali uji coba nuklirnya karena China.

Wabah COVID-19 Korea Utara mungkin juga telah menunda perkembangan militer, katanya, membuat negara itu lebih fokus pada cara-cara di mana mereka bisa mendapatkan dukungan bantuan dari China.

"China dan Rusia telah lama tercatat sebagai penentang program nuklir DPRK," kata pejabat itu merujuk pada Korea Utara.

"Jadi, itu keyakinan kami, dan tentu saja harapan kami, bahwa mereka akan menggunakan pengaruh yang mereka miliki untuk mencoba dan membuat DPRK tidak melakukan uji coba nuklir."

Mengulangi seruan agar Korea Utara melanjutkan dialog dengan AS, yang gagal karena pencabutan sanksi pada 2019, pejabat itu mengatakan Washington siap untuk terlibat langsung dengan Pyongyang dan membahas bantuan kemanusiaan.

Korea Utara telah melakukan sejumlah rekor peluncuran senjata tahun in,i dan tes rudal minggu ini telah dilakukan di tengah latihan militer skala besar yang sedang berlangsung antara AS dan Korea Selatan.

ICBM termasuk di antara tiga rudal balistik yang ditembakkan pada hari Kamis, sehari setelah meluncurkan setidaknya 20 rudal, paling banyak dalam satu hari, termasuk satu yang mendarat di lepas pantai Korea Selatan untuk pertama kalinya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya