Menlu Retno Marsudi: Dunia Sedang Sangat Tidak Bagus Situasinya

Menlu Negeri Retno Marsudi saat menyampaikan sambutan di Kongres Indonesianis
Sumber :
  • ANTARA/Yashinta Difa/aa.

VIVA Dunia – Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan bahwa Konferensi Tingkat Tinggi G20 di Bali pada 15-16 November 2022 merupakan forum tingkat dunia yang amat penting terutama di tengah situasi ketidakpastian global dampak pandemi COVID-19 ditambah perang antara Ukraina dan Rusia.

Konsumen Makin Pede Tatap Ekonomi Indonesia, BI Ungkap Indikatornya

G20 yang terdiri dari 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan satu organisasi antarpemerintah dan supranasional, yaitu Uni Eropa, merupakan kelompok yang mewakili mayoritas kekuatan dunia, katanya dalam wawancara eksklusif dengan VIVA pada program The Interview di Jakarta pada Selasa, 1 November 2022.

"[G20] kalau kita lihat kumpulan dari 20 ekonomi besar. Kalau kita lihat, maka G20 itu anggotanya merupakan 85 persen mewakili PDB (Produk Domestik Bruto) dunia; kemudian kita lihat 79 persen perdagangan global itu ada di wilayah negara-negara G20 plus; kalau kita lihat dari sisi demografinya dua pertiga penduduk dunia adalah dari G20," ujarnya, menguraikan.

Kemendesa & PDTT Apresiasi Dukungan Pertamina Percepat Pertumbuhan Ekonomi di Wilayah Transmigrasi

Presiden Jokowi tinjau lokasi penyelenggaraan KTT G20.

Photo :
  • ANTARA/HO-Biro Pers Sekretariat Presiden

Berdasarkan data umum itu saja, katanya, terlihat bahwa G20 merupakan kelompok yang mewakili sebagian besar kekuatan dunia. Masalahnya, dunia yang dimaksud sekarang dalam kondisi tidak baik sebagai dampak pandemi COVID-12 sejak tahun 2019 ditambah Ukraina-Rusia pada Februari 2022 yang mulai terasa mengganggu perekonomian dunia.

Airlangga Sebut Ekonomi Indonesia Masih Untung Meski Masalah Geopolitik Berkecamuk

"Jadi, kalau dilihat dari sejarahnya, dari data yang saya berikan tadi, intinya adalah sekarang dunia sedang menunggu, dunia sedang sangat tidak bagus situasinya," katanya.

Para anggota G20 menyadari situasi dunia sedang tidak baik dan para pemimpin negara-negara itu hendak bertemu untuk membahas beragam alternatif solusi. Masalahnya, kata Retno, "anggotanya lagi pada berantem".

Menteri PUPR dan Presiden Jokowi cek venue KTT G20.

Photo :
  • Dok. Kementerian PUPR

Benar bahwa Indonesia menjadi presidensi sdan tuan rumah KTT G20. Tetapi bukan berarti sukses atau gagal G20 bukan terletak hanya pada tuan rumah melainkan tanggung jawab kolektif yang memerlukan kepemimpinan kolektif juga.

"Jadi, sekali lagi, yang ingin saya garis bawahi, dunia menunggu hasil KTT G20, yang diharapkan dapat menjadi katalis pemulihan ekonomi global yang inklusif. Kata inklusif apa. Penting sekali karena kita ingin bahwa hasil dari G20 ini juga akan bermanfaat bagi negara berkembang termasuk Indonesia," katanya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya