5 Fakta Haeil, Drone Bawah Laut Mengerikan Korut yang Bisa Sebabkan Tsunami Radioaktif

VIVA Militer: Drone nuklir bawah laut milik Rusia
Sumber :
  • Russia Beyond

VIVA Dunia – Belum lama ini Korea Utara telah menguji drone serangan bawah air berkemampuan nuklir baru yang dapat menghasilkan tsunami radioaktif, demikian dilaporkan media pemerintah Korea selatan pada Jumat, 24 Maret 2023.

Tren Mengemudi di Kalangan Gen Z Menurun, Ini Kata Studi

Berikut deretan fakta drone bawah laut Korut dan beserta ulasannya yang VIVA rangkum dari berbagai sumber:

VIVA Militer: Drone Nuklir Bawah Laut Rusia, Poseidon

Photo :
  • Defence Talk
Rudal Houthi Berterbangan di Laut Merah, Kapal Induk AS Pasang Badan

1. Uji Coba Drone Bawah Laut Dilakukan saat Pyongyang Kecam Latihan Bersama Korsel dan Amerika

Uji coba itu digelar saat Pyongyang mengecam latihan militer bersama oleh Korea Selatan dan Amerika Serikat (AS).

Dihadiri Sederet Bintang Dunia, Segini Harga Tiket Met Gala yang Fantastis

Menurut laporan kantor berita KCNA, selama latihan, pesawat tak berawak Korea Utara yang baru meluncur di bawah air pada kedalaman 80 hingga 150 meter selama lebih dari 59 jam, dan meledak di perairan lepas pantai timurnya pada Kamis, 23 Maret 2023 lalu.

2. Penyebab Drone Bawah Laut Korut Dijuluki Haeil

Dijuluki "Haeil" atau tsunami, sistem drone dimaksudkan untuk serangan diam-diam di perairan musuh dan menghancurkan kelompok penyerang angkatan laut, dan pelabuhan operasional utama dengan membuat gelombang radioaktif skala super melalui ledakan bawah air, kata KCNA.

"Drone serangan bawah air nuklir ini dapat dikerahkan di pantai dan pelabuhan mana pun atau ditarik oleh permukaan kapal untuk operasi," kata kantor berita itu, sebagaimana dilansir Reuters, seraya menambahkan bahwa uji coba itu diawasi oleh pemimpin Kim Jong-un.

3. Korut Kembangkan Hulu Ledak Nuklir

VIVA Militer: Drone Nuklir Bawah Laut Rusia, Poseidon

Photo :
  • Defence Talk

Pyongyang telah lama marah pada latihan yang dilakukan oleh pasukan Korea Selatan dan AS, dengan mengatakan bahwa mereka sedang mempersiapkan invasi ke Korea Utara. Sementara itu Korea Selatan dan AS mengatakan latihan itu murni defensif dan menghukum tes tersebut sebagai destabilisasi dan sanksi-sanksi PBB.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya