Miris, Pria Muslim India Ini Dipukuli Hingga Mati karena Dituduh Mencuri Pisang dari Kuil Hindu

Ayah korban
Sumber :
  • Al Jazeera

VIVA Dunia – Israr Ahmad, seorang pria berusia 26 tahun yang menderita disabilitas intelektual, diikat ke tiang listrik, diserang, dan dipukuli sampai mati karena dicurigai melakukan pencurian di Sunder Nagri, Delhi timur laut, India, pada hari Selasa pekan inin, kata polisi.

Deretan negara Ini Ternyata Miliki Jumlah Janda Terbanyak di Dunia

Polisi telah menangkap tujuh orang, termasuk seorang anak di bawah umur, atas penyerangan tersebut dan mengajukan kasus berdasarkan IPC Pasal 302 (pembunuhan) dan 34 (niat bersama) di kantor polisi Nand Nagri.

“Terdakwa mengungkapkan bahwa sekitar jam 5 pagi, mereka menangkap Israr yang bersembunyi di dekat pandal Ganpati dan mencurigainya melakukan pencurian, pencurian sebuah pisang,” kata Joy Tirkey dari DCP Timur Laut), mengutip Hindustan Time, Jumat, 29 September 2023. 

Jeep Wrangler Facelift Meluncur, Segini Harganya

Ilustrasi perkelahian - ilustrasi pengeroyokan - ilustrasi tawuran

Photo :
  • Istimewa

“Ketika Israr tidak bisa menjawab pertanyaan yang diajukan para tersangka, mereka mengikatnya ke tiang listrik dan memukulinya,” kata DCP.

Ini Dia Lift Penumpang Terbesar di Dunia, Bisa Angkut 235 Orang Sekaligus

Terdakwa diidentifikasi sebagai Kamal (23), Manoj (19), Kishan (19), Pappu (24), Lucky (19), dan Yunus (20).

Tirkey mengatakan penangkapan akan dilakukan berdasarkan penyelidikan lebih lanjut.

Keluarga korban menuduh Israr diserang secara brutal karena mencuri pisang dari pandal atau kuil darurat Ganpati di lingkungan tersebut.

Sebuah video penyerangan tersebut, yang menjadi viral di media sosial, menunjukkan korban dipukuli bahkan ketika dia memohon belas kasihan. Para penyerang juga terdengar melakukan pelecehan kepada Israr.

Peristiwa itu terjadi di Blok G4 Sunder Nagri, beberapa meter dari rumah korban, yang meninggal karena luka-lukanya beberapa jam kemudian, kata seorang petugas.

Abdul Wajid (60), ayah Israr, mengenang percakapan terakhirnya dengan putranya.

“Israr sangat kesakitan. Dia menceritakan kepada saya bahwa beberapa pria menangkapnya di pagi hari dan menuduhnya mencuri pisang. Dia mengatakan para penyerang kemudian mengikatnya ke tiang listrik, memukulnya dengan tongkat, dan meninggalkannya di tempat,” kata Wajid.

"Anak saya dibunuh karena makan prasad (persembahan),” kata Wajid. “Mereka yang membunuh anak saya merasa tersinggung jika seorang Muslim menyentuh prasad mereka.”

Wajid, yang berjualan sayuran dengan gerobak dorong, mengatakan bahwa pelanggannya yang beragama Hindu sering menawarinya prasad dan dia menerimanya tanpa berpikir dua kali. “Prasad adalah anugerah dari bhagwan atau Allah. Saya tidak menolaknya.”

DCP mengatakan hampir 50 personel polisi dan paramiliter telah dikerahkan untuk menjaga hukum dan ketertiban di wilayah sensitif komunal tersebut. Sebagian wilayah timur laut Delhi dilanda kerusuhan komunal pada Februari 2020. Kekerasan tersebut berlangsung sekitar empat hari dan menyebabkan kematian sedikitnya 53 orang.

Adik korban, Imrana, mengatakan Israr meninggalkan rumah setelah makan malam pada Senin malam tanpa memberi tahu keluarga. Dia terlihat pada jam 3 sore pada hari Selasa oleh temannya, Aamir, yang sedang dalam perjalanan ke pusat pelatihan.

"Kukunya patah, ada yang dicabut dan jari-jarinya ada luka. Dia dipukuli secara brutal karena dia seorang Muslim,” katanya. “Dia tidak dapat berbicara dan kondisinya kritis.”

“Dia meminta bantuan Aamir untuk sampai ke rumah. Empat anak laki-laki membawanya (Israr) pulang dengan becak,” tambah ibu Aamir, Rani.

Ayah korban

Photo :
  • Al Jazeera

Israr meninggal karena luka-lukanya sekitar jam 7 malam, setengah jam setelah ayahnya sampai di rumah. Beberapa jam kemudian, Wajid melakukan panggilan PCR, kemudian tim polisi tiba di lokasi dan almarhum dipindahkan ke Rumah Sakit Guru Teg Bahadur (GTB), tempat dilakukan bedah mayat.

"Dokter menemukan luka benda tumpul di sekujur tubuh Israr, termasuk punggung, lengan, dan kaki. Penyebab kematiannya dikabarkan syok dan pendarahan,” kata seorang petugas.

Israr, yang bekerja sebagai buruh harian lepas, meninggalkan empat saudara perempuan dan sang ayah Wajid, seorang penjual buah dan pencari nafkah keluarga. “Saya baru mengetahui penderitaan saudara laki-laki saya setelah seseorang meneruskan video penyerangan tersebut kepada saya. Kami melihat bekas luka di sekujur tubuhnya. Dia meninggal dengan kematian yang menyakitkan,” kata Imrana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya