6 Ribu Anak jadi Korban Agresi Israel, Pembelaan untuk Palestina Harus Terus Disuarakan

Warga Gaza merayakan pembebasan tahanan wanita dan anak Palestina dari Israel
Sumber :
  • AP Photo/Majdi Mohammed

Jakarta - Peringatan solidaritas internasional untuk Palestina terus disuarakan. Zionis Israel dinilai sudah melakukan genosida terhadap rakyat Palestina di Gaza dengan banyak korban tewas dari anak-anak dan perempuan.

Puteri Azzahra: Perempuan Pilar Utama Membangun Masa Depan Indonesia yang Berkelanjutan

Demikian dibahas saat Adara Relief Internasional  'Women Speak Up For Palestina' pada Sabtu kemarin. Dalam kesempatan tersebut, hadir sejumlah tokoh perempuan yang peduli dengan kondisi rakyat Palestina di Gaza yang sebulan digempur Israel.

Salah satu yang hadir adalah Sekretaris Global Woman Coalition for Al Quds and Palestine (GWCQP) Rabab Awadh. Dia menilai peran perempuan sangat penting dalam membela dan menyuarakan Palestina.

Brasil Tunda Kirim Kendaraan Lapis Baja ke Israel Senilai Rp 2,3 Triliun, Ini Alasannya

Menurutnya, kaum perempuan yang peduli bisa memainkan peran tersebut.

"Anak-anak kita saat ini dengan izin Allah kelak akan menjadi generasi pembebas yang berkontribusi dalam terwujudnya kemerdekaan Palestina yang waktunya hanya berjarak dua ujung busur panah bahkan lebih dekat dari itu (sudah tidak lama lagi)." kata Rabab, dalam keterangannya, Minggu, 26 November 2023.

UEA Tidak Akan Berikan Perlindungan Bagi Israel Usai Perang di Gaza Berakhir

Acara Women Speak up For Palestine.

Photo :
  • istimewa

Rabab menyampaikan isu kemanusiaan di Palestina adalah tanggung jawab bersama. Ia bilang seperti itu karena anak dan perempuan menjadi pihak paling rentan sekaligus sasaran utama zionis Israel dalam agresi maupun kebijakan penjajahannya.

Sementara, Direktur Utama Adara Relief Internasional, Maryam Rachmayani, menuturkan gaskan, agresi zionis Israel mengakibatkan korban kematian lebih dari 15 ribu jiwa termasuk sekitar 6 ribu anak dan 4 ribu perempuan.

Namun, menurutnya juga meninggalkan banyak luka fisik maupun psikis yang membutuhkan pemulihan jangka panjang. Selain itu, status ribuan anak juga jadi yatim dan piatu baru. Lalu, perempuan-perempuan menjadi janda, di tengah kondisi Jalur Gaza yang hancur lebur dan perekonomian berhenti total.

Dia mengatakan melalui program 'Bangun Kembali Gaza', diharapkan ada komitmen kepedulian untuk membangun kembali Gaza. Cara itu bisa dimulai dengan mendirikan klinik kesehatan, pusat bantuan untuk kebutuhan anak dan perempuan, serta taman bermain anak.  

Selain itu, dengan program itu, 2 ribu anak yatim diharapkan akan dapat kesempatan melanjutkan masa depannya melalui program Dekap Yatim Palestina. Lalu, 1.000 penghafal Alquran setiap tahun akan dilahirkan dari Gaza melalui program Hidupkan Ahlul Qur'an (HAQ)

"Semakin yakin dengan adanya andil dari media dan para tokoh perempuan yang dengan posisi masing-masing dapat menguatkan tujuan bersama, yakni mewujudkan amanah konstitusi sebagai bangsa Indonesia mendukung kemerdekaan Palestina dan menjaga ketertiban dunia," tuturnya.

Adapun, Koalisi Perempuan Indonesia Peduli Al Aqsa (KPIPA), Nurjanah Hulwani menyebut kejahatan penjajah zionis harus dilawan dengan segala kekuatan yang dimiliki. Bagi dia, kebrutalan Israel yang sudah menewaskan lebih dari 14 ribu jiwa rakyat Palestina adalah bentuk kejahatan terbesar.

"Jumlah lebih dari 14 ribu yang meninggal di Gaza, 70 persen nya adalah perempuan dan anak dalam waktu 1,5 bulan, ini adalah bentuk kejahatan kemanusian terbesar yang dilakukan penjajah zionis Israel," jelasnya.

Dia bilang, perempuan Indonesia mesti terus menyuarakan dan membuktikan pembelaan terhadap Palestina. "Dengan menghimpun kekuatan yang kita miliki yaitu kekuatan politik, kekuatan media dan kekuatan dana," ujarnya.

Lalu, praktisi hukum Evi Risna Yanti mengatakan yang terjadi di Gaza saat ini merupakan pelanggaran terhadap Hukum Humaniter Internasional (HHI) oleh Israel secara terang-terangan. Dia menyebut Israel seolah memiliki impunitas bahkan didukung oleh negara pemegang hak veto PBB.

Namun, ia menuturkan yang paling ditakutkan Israel adalah para netizen. Sebab, netizen media sosial memiliki kekuatan yang besar untuk menciptakan awareness terhadap genosida yang dilakukan Israel,
"Sekarang Israel berharap dunia berangsur lupa, dan kebejatan mereka lama-lama tidak trending lagi. Di situ kita punya peran untuk reminding ke seluruh dunia bahwa hei, Palestina masih menderita loh," tuturnya.

Kemudian, Anggota Komisi X DPR RI Desy Ratnasari, menyatakan kaum perempuan yang peduli terhadap Palestina bisa melakukan sesuai kemampuan. Selain mendoakan, upaya lain juga bisa bantu galang donasi, bergerak. Lalu, jangan berhenti untuk menyuarakan Palestina.

"Kita bisa menyumbangkan tenaga dan pikiran kita untuk menggugah pimpinan negara kita, mereka yang memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk mengambil kebijakan dan keputusan membantu saudara-saudara kita di Palestina," sebutnya.

Selain itu, perwakilan jurnalis Desin Frila, menyampaikan menyambut Hari Solidaritas Internasional untuk Palestina pada 29 November 2023 ini, mengatakan, kondisi pers yang meliput jauh dari rasa aman.

Padahal, dari hukum internasional, pers harusnya aman dari konflik maupun perang yang mesti dilindungi.

"Namun, justru dalam konflik ini pers malah menjadi sasaran. Mari kita lakukan boikot produk-produk Israel dan dorong pesan-pesan kemanusiaan melalui jaringan sosial media untuk mendukung kemerdekaan Palestina," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya