Jepang Disebut Negara Rawan Gempa, Ternyata Ini Alasannya

Gempa Bumi di Jepang
Sumber :
  • Kyodo News via AP

VIVA Dunia – Gempa bumi dahsyat melanda Jepang bagian barat pada Hari Tahun Baru, menewaskan puluhan orang, menghancurkan rumah-rumah dan memicu kekhawatiran akan kerusakan yang lebih besar akibat gempa susulan, tsunami, dan tanah longsor.

Krisis Populasi Jepang: Setengah Perempuan Muda Hilang di 40 persen Wilayah pada 2050

Jepang tidak asing dengan gempa bumi. Faktanya, negara ini adalah salah satu negara yang paling aktif secara seismik di dunia dan tempat lahirnya seismologi, atau studi tentang gempa bumi.

Jepang sering menjadi berita utama internasional karena kerusakan akibat gempa bumi, yang paling menonjol adalah tiga bencana yang terjadi pada bulan Maret 2011 yaitu gempa bumi berkekuatan 9,0 SR, tsunami, dan krisis nuklir yang menyebabkan bencana nuklir terburuk sejak Chernobyl pada tahun 1986.

Heru Budi Apresiasi Kerja Sama Proyek MRT dengan Jepang, Nilainya Rp11 Triliun

Jadi kami bertanya kepada para ahli: Apa yang membuat Jepang begitu rentan terhadap gempa bumi? Mari kita baca selengkapnya berikut ini.

5 Negara Paling Tidak Ramah Vegetarian di Asia, Ada Korea Selatan dan Jepang

Mosaik lempeng tektonik

Gempa bumi terjadi ketika dua lempeng tektonik saling bertabrakan dan salah satu lempeng tergelincir di bawah lempeng lainnya sehingga melepaskan ledakan energi secara tiba-tiba. Jepang terletak di atas empat lempeng tektonik utama, menjadikannya salah satu tempat di dunia yang paling mungkin mengalami aktivitas tektonik.

“Semakin banyak lempeng yang Anda miliki dan, yang lebih penting, semakin banyak batas lempeng yang Anda miliki berdekatan atau melintasi negara seperti Jepang, semakin banyak interaksi lempeng-lempeng tersebut yang menjadi tempat terjadinya gempa bumi,” kata Robert Butler, profesor emeritus geofisika di Universitas tersebut. 

“Jadi semakin banyak batas lempeng berarti semakin banyak gempa bumi.”

Jepang dan wilayah sekitarnya menyumbang 18 persen gempa bumi di dunia karena tektonik aktif, kata Saeko Kita, ahli seismologi di Institut Internasional Seismologi dan Teknik Gempa Bumi di Ibaraki, Jepang.

Gempa bumi mengguncang Suzu, prefektur Ishikawa, Jepang, Selasa, 2 Januari 2024

Photo :
  • Kyodo News via AP

Jepang dan Cincin Api

Setiap tahunnya, Jepang mengalami sekitar 1.500 gempa bumi yang dapat dirasakan masyarakat. Faktanya, beberapa jenis aktivitas seismik tercatat setiap lima menit sekali.

Bukan hal yang aneh jika terjadi begitu banyak aktivitas gempa bumi di sepanjang zona berbentuk tapal kuda atau  sering disebut sebagai “Cincin Api” di sepanjang tepi Samudra Pasifik, dengan lebih dari 400 gunung berapi aktif. 

Zona ini terbentang dari pantai timur Australia hingga Rusia bagian timur, hingga pantai barat Amerika Utara dan sepanjang pantai barat Chile. Mengutip laman Live Science, Kamis 4 Desember 2024, istilah cincin (ring) tersebut adalah gambaran zona imajiner berbentuk tapal kuda yang mengikuti tepi Samudra Pasifik. 

Lokasi itu menjadi tempat terjadinya banyak gempa bumi hingga letusan gunung berapi di dunia. US Geological Survey (USGS) dan International Tsunami Information Center (ITIC) bahkan menyebut sekitar 80% gempa bumi besar dan tsunami di dunia terjadi di wilayah itu. 

Jadi, tak mengherankan negara seperti Jepang bisa dikatakan cukup sering masuk pemberitaan internasional akibat dilanda gempa bumi atau pun tsunami. Kendati demikian, Jepang tidak pasrah atau berpangku tangan.

Mereka memang tidak bisa menghentikan bencana alam seperti gempa ini, namun telah telah membuat persiapan. Jepang telah melakukan langkah-langkah strategis, termasuk simulasi untuk menghadapi gempa bumi. Oleh karena itu, tak heran jika Jepang dikenal sebagai negara yang paling siap dalam menghadapi gempa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya