- AP Photo/Karel Prinsloo
VIVAnews - Kerusuhan yang terjadi di London menyiratkan kenyataan pahit terhadap belum meratanya tingkat perekonomian negara tersebut. Terbukti, hampir seluruh perusuh adalah anak-anak muda penganggur yang mengaku tidak puas akan ketidakmerataan ekonomi, beberapa di antaranya adalah para imigran.
Menurut laman Associated Press, Kamis, 11 Agustus 2011, hampir 1.200 orang ditahan di Inggris sejak kerusuhan pecah Sabtu pekan lalu. Menurut laporan, mereka kebanyakan adalah pemuda miskin dari pinggiran kota London yang terdiri dari berbagai macam ras dan etnis.
Di antaranya yang diadili hari ini adalah remaja 15 tahun keturunan Ukraina, remaja 17 tahun yang mengaku hanya ikut-ikutan sepupunya, dan mungkin yang termuda adalah remaja 11 tahun yang kedapatan mencuri tong sampah. Ketiganya dinyatakan bersalah oleh pengadilan. Sementara itu, ratusan lainnya menunggu untuk diadili di pengadilan yang terus berjalan sepanjang hari.
Salah seorang penjarah berusia 19 tahun mengaku melakukan tindakan tersebut karena muak dengan jalannya pemerintahan. Dia mengatakan laju perekonomian Inggris hanya berlaku bagi sebagian orang, sementara orang-orang pinggiran seperti dirinya tidak mendapatkan apa-apa.
"Tidak ada yang melakukan sesuatu untuk kami, tidak politisi, polisi, dan siapapun," ujar pemuda yang mengaku bernama Freddy ini.
Distrik Tottenham, wilayah yang menjadi pemicu kerusuhan di Inggris, juga perlu mendapatkan perhatian serius. Masalahnya, wilayah ini terkenal akan tingkat kriminalitasnya yang tinggi dan benturan etnis yang kerap terjadi. Kebanyakan warga di Tottenham adalah kulit putih, namun kulit hitam dari Afrika dan Karibia juga mendominasi. Ras lainnya seperti India, Pakistan, Bangladesh dan negara-negara Asia lainnya juga tinggal di sini.
Pengangguran
Kerusuhan seakan menggabungkan mereka semua menjadi satu. Pemicu utamanya adalah kematian seorang kulit hitam, Mark Duggan, pekan lalu. Selain itu, kemiskinan dan tidak meratanya perekonomian warga juga penyulut amarah warga.
Sebanyak 18 persen pemuda usia 16 sampai 24 tahun adalah pengangguran dan hampir setengah dari warga kulit hitam tidak bekerja. Masalah sosial lainnya yang mungkin timbul adalah tingginya angka kehamilan remaja, pemilikan senjata dan perdagangan narkoba.
"Ada ketidakmerataan pendapatan, tingkat pengangguran usia 16 sampai 24 tahun yang sangat tinggi, dan kebanyakan warga di tempat ini tidak memiliki pendidikan yang tinggi. Terdapat ketidakpuasan besar di antara generasi saat ini," ujar profesor ilmu politik di Universitas Nottingham, Matthew Goodwin.
Banyaknya angka kejahatan di daerah pinggiran Inggris menjadikan Inggris sebagai negara dengan tingkat kriminalitas tertinggi di Uni Eropa. Pada 2008, terdapat lebih dari satu juta kasus kriminal yang dilaporkan di Inggris dan Wales.
Pelakunya kebanyakan adalah remaja dan anak-anak. Angka ini sangat tinggi, dibandingkan dengan Prancis dengan angka 331.778 kasus dan Jerman dengan 210.885 kasus.