- ANTARA/Nyoman Budhiana
VIVAnews - Pergolakan politik menuju arah transisi demokrasi yang terjadi di Myanmar dan Timur Tengah rupanya mendapat dukungan dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Dalam sambutannya saat membuka Bali Democracy Forum (BDF) IV hari ini, Yudhoyono mengajak para peserta mendukung perubahan yang demokratis di Myanmar dan Timur Tengah.
"Kita dukung Myanmar dalam hal bagaimana mereka mendorong demokrasi secara damai. Juga tak kalah penting apa yang terjadi di Timur Tengah, di mana masyarakat menuntut kebebasan dan partisipasi yang lebih luas, tapi atas dasar pengalaman mereka sendiri tanpa ada suatu prasangka bahwa tidak ada jaminan perubahan," kata Yudhoyono di Nusa Dua, Bali, Kamis 8 Desember 2011.
Berlangsung selama dua hari, BDF dihadiri sembilan kepala/wakil kepala negara untuk membicarakan upaya peningkatan partisipasi publik merespon suara-suara demokrasi. Dalam forum tahunan itu, para pemimpin juga membahas isu-isu lain.
Dalam kesempatan itu Yudhoyono juga berbagi pengalaman proses demokratisasi yang terjadi di Indonesia. Dulu, ceritanya, tatkala Indonesia mampu melepaskan diri dari cengkeraman penjajah, namun belum mampu keluar dari kemiskinan. Maka, proses demokratisasi yang dibangun di Indonesia pun menekankan arti penting kemandirian ekonomi bangsa.
Kebebasan yang dibingkai dalam demokrasi, Yudhoyono melanjutkan, tak mutlak dan tak boleh melanggar hak orang lain, mencederai kebebasan beragama dan lain sebagainya. "Dalam kebebasan harus ada toleransi. Demokrasi, kami akui, banyak membawa konflik antar komunal. Kami mengalami hal itu di masa transisi. Kini kami sudah hidup damai, meski tetap mewaspadai hal itu," imbuhnya.
Menurut Yudhoyono, negara yang berasas demokrasi memiliki tantangan yang tak mudah. Negara demokrasi wajib membentuk institusi penopang demokrasi dan menciptakan tatanan yang diperlukan oleh masyarakat untuk mendukung hak dan kewajiban mereka.
"Untuk menjaga demokrasi harus ada langkah berani meski menyakitkan. Demokrasi harus menjaga demokrasi itu sendiri. Sebab tak sedikit pengalaman suatu negara, di mana proses demokrasi banyak yang berakhir menjadi tirani," paparnya.
"Demokrasi tak bisa tumbuh tanpa kaum demokrat. Nilai dan tatanan demokrasi juga harus dikembangkan di masyarakat. Kita hidup dalam dunia yang tidak sempurna. Yang terbaik bagi rakyat, itulah yang dikedepankan," imbuh Yudhoyono.
Media Sosial
Kondisi sosial dan politik abad 21, tambah Yudhoyono, juga harus memerhatikan perkembangan signifikan dari kemajuan teknologi yang ditandai dengan semakin berkembangnya media sosial.
Saat ini, Yudhoyono meyakinkan, media sosial menjadi begitu berarti bagi sebuah proses perubahan. Peningkatan media sosial, imbuhnya, menjadi tantangan tersendiri baik secara intelektual dan faktual.
"Saya terus memanfaatkan email dan SMS untuk menampung aspirasi masyarakat. Ini cara yang baik untuk menyerap aspirasi positif dan negatif. Tahun 2011 akan diingat dan dikenang sebagai tahun transisi," tegasnya.
"Kita tahu transisi ini sulit tapi kita berharap semua sukses melahirkan demokrasi. Demokrasi menentukan hak sendiri, dan itu penting bagi pertumbuhan dan kedewasaan sendiri," ujar Yudhoyono.
(Laporan Bobby Andalan, Bali)