100.000 Warga Tewas, Oposisi Suriah Tolak Kesepakatan AS-Rusia

Serangan Gas Kimia
Sumber :
  • REUTERS/Ammar Abdullah
VIVAnews
Mahfud MD Blak-blakan Soal Langkah Politik Berikutnya Usai Pilpres 2024
– Kelompok Tentara Pembebasan Suriah (FSA) menolak mentah-mentah kesepakatan antara Rusia dengan Amerika Serikat terkait pelucutan senjata kimia milik pemerintah Suriah. FSA berpendapat perjanjian itu hanya memberi waktu tambahan bagi rezim Presiden Bashar al-Assad untuk melanggengkan kekuasaan mereka di Suriah.

Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi

Al-Jazeera
5 Orang jadi Tersangka Baru Korupsi Timah, Siapa Saja Mereka?
, Sabtu 14 September 2013, menyatakan penolakan itu disampaikan oleh Jenderal Salim Idriss. “Kami tidak dapat menjadi bagian dari perjanjian ini. Kelompok FSA akan terus berupaya menjatuhkan rezim Assad dan tidak peduli pada kesepakatan apapun yang dicapai antara Rusia dengan AS,” ujar dia.

Idris menegaskan, dia dan rekan-rekannya di FSA tidak akan berhenti berjuang hingga rezim Assad runtuh. Menurut laporan reporter
Al Jazeera
Anita McNaught, Idriss benar-benar berang saat mengetahui soal kesepakatan itu.


“Menurut Idriss, kesepakatan itu melewatkan satu poin utama, yaitu lebih dari 100 ribu warga Suriah telah terbunuh gara-gara penyelesaian yang menggunakan mekanisme konvensi. Sementara perang tetap saja berlanjut,” ujar McNaught.


Kesepakatan itu sama sekali tidak menyinggung soal banyaknya warga Suriah yang telah tewas selama konflik berlangsung, tidak pula membahas soal meningkatnya jumlah pengungsi asal Suriah.


Di AS, penentangan juga datang dari Senator John McCain dan Lindsay Graham. Keduanya sepakat dengan pernyataan Idriss bahwa kesepakatan tersebut hanya akan memberikan waktu berbulan-bulan bagi Assad untuk kembali berbuat curang.


“Saya melihat dibutuhkan kepercayaan yang besar untuk melihat bahwa kesepakatan ini tidak lebih dari diplomasi buntu,” kata McCain seperti dikutip kantor berita
BBC
.


Kesepakatan pelucutan senjata Suriah dicapai Sabtu kemarin antara Menteri Luar Negeri AS John Kerry dengan Menlu Rusia Sergei Lavrov. Kata sepakat diambil usai keduanya terlibat diskusi serius selama tiga hari di Jenewa, Swiss. 


Ada enam poin penting yang mereka sepakati, antara lain jumlah dan jenis senjata kimia harus disetujui dan diawasi oleh badan pengawas internasional, Suriah harus menyerahkan daftar komprehensif persediaan senjata kimia yang mereka miliki dalam tempo satu pekan, dan semua senjata kimia Suriah harus dihancurkan, termasuk kemungkinan memindahkan senjata-senjata itu dari teritori Suriah. (eh)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya