Demi Bertahan Hidup, Anak Pengungsi Yazidi Minum Darah Orang Tua

Wanita pengungsi Yazidi tengah duduk di kamp pengungsi di Qamishli, utara Suriah
Sumber :
  • REUTERS/Rodi Said
VIVAnews - Masyarakat Yazidi di Irak, yang terpaksa mengungsi akibat takut dibantai oleh kelompok militan Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS), hidup dalam situasi memprihatinkan. Korban yang paling merasakan penderitaan adalah anak-anak.

Stasiun televisi Sky News edisi pekan lalu menggambarkan, untuk bertahan hidup, anak-anak ini terpaksa meminum darah orang tuanya agar tidak mati kehausan. Para orang tua terpaksa memilih jalan ini, karena mereka sudah kehabisan akal. 

Hingga pekan lalu, total terdapat 6.000 hingga 8.000 pengungsi warga Yazidi yang kabur dari rumahnya dan membuat kamp di jalan-jalan di Provinsi Dohuk. Menurut laporan reporter Sherine Tadros di kamp Zakho, kondisi di tempat pengungsian serba minim. 

Tidak ada listrik yang mengalir dan hanya terdapat tiga hingga empat toilet untuk digunakan bersama-sama. 

DPR Segera Panggil KPU, Bahas Evaluasi Pemilu hingga Dugaan Asusila Hasyim Asy'ari
"Mereka menceritakan kepada kami kisah-kisah menyeramkan. Seorang pria baru saja mengatakan, bahwa dia melihat empat anak mati akibat kehausan. Tidak ada tempat untuk mengubur mereka di gunung," ujar Tadros. 

Sebut Sahabat Lama, Prabowo Unggah Foto Ketemu Surya Paloh Deklarasi Nasdem Bergabung
Alhasil, mereka hanya menempatkan batu di atas jasad anak-anaknya. 

PM Singapura akan Temui Jokowi Pekan Depan, Bahas Energi Hingga IKN
"Sementara pria lain mengatakan anak-anak mulai merasa haus, sehingga para orang tua mulai melukai tangan mereka sendiri dan memberikan darah mereka sebagai minum," kata Tadros. 

Bahkan, lanjut Tadros, untuk bisa mencapai ke lokasi pengungsian, perjalanan yang dilalui oleh warga minoritas ini tidak mudah. Mereka berjalan kaki selama 12 jam. 

Tiba di kamp darurat, kondisi yang dilihat para pengungsi juga tidak lebih baik. Sebagian dari mereka datang dalam keadaan terkena luka tembak. Mereka masih bisa bertahan, karena adanya makanan dan air yang dibawa oleh warga setempat. 

"Masih ada krisis kemanusiaan yang besar. Apa yang saya saksikan benar-benar membuat meyakitkan," ungkap warga Kurdi Taban Shoresh.

Shoresh menyebut, para pengungsi tidak memiliki apa pun. Mereka tidak memiliki pakaian, makanan, dan air. 

"Mereka kehausan. Bahkan, sepatu yang mereka gunakan rusak, karena cuaca di sini begitu panas dan terpapar matahari," imbuh Shoresh. 

Cara lain yang digunakan untuk selamat dari kejaran kelompok militan ISIS yaitu, warga Yazidi membayar agar bisa diselundupkan menuju ke Turki. Kadang, mereka terpaksa harus melewati lahan pertambangan. (ren)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya