Kebodohan Tidak Perlu Dilawan dengan Kekerasan

Politisi anti-Islam AS Pamela Geller.
Sumber :
  • REUTERS/Mike Stone
VIVA.co.id
- Penyerangan yang terjadi di luar acara pameran dan kontes karikatur Nabi Muhammad, Minggu, 3 Mei 2015, dengan cepat diinterpretasikan sebagai serangan langsung terhadap kebebasan berbicara oleh umat Islam.


Organisasi anti-Islam, American Freedom Defense Initiative (AFDI) yang menjadi penyelenggara acara itu di Garland, Dallas, Texas, Amerika Serikat (AS), seakan memperoleh alasan tambahan untuk menuding lebih keras.


Dikutip dari laman
5 Merek Ponsel 5G yang Laku Dibeli Konsumen Indonesia
Think Progress
, Selasa, 5 Mei 2015, pemimpin AFDI Pamela Geller menuduh serangan terjadi, karena Muslim tidak banyak melakukan sesuatu untuk membela kebebasan berekspresi.
Bey Machmudin Lepas Keberangkatan Jemaah Haji Kloter Pertama Embarkasi Jakarta-Bekasi


Al Hilal Juara Liga Arab Saudi, Cristiano Ronaldo Cs Gigit Jari
Namun dia mengabaikan fakta, bahwa para pemimpin Muslim AS telah mengeluarkan kecaman terhadap penyerangan di Dallas, serta membela hak Geller untuk mengeluarkan retorika kebenciannya.

Ibrahim Hooper, direktur komunikasi nasional Dewan Hubungan Amerika-Islam (CAIR), mengatakan kebebasan berekspresi harus dilindungi, sekalipun pernyataan-pernyataan Geller sangat tidak membantu.


"Dia punya hak untuk melakukannya, ini negara yang bebas. Tapi seseorang harus berandai-andai, mengapa ada orang yang mau mendedikasikan hidupnya, untuk mempromosikan kebencian dan kebodohan," kata Hooper.


Harris Zafar, juru bicara komunitas Muslim AS, mengatakan Geller mengemas kebencian dengan dalih kebebasan berekspresi. Namun dia tetap beranggapan bahwa orang-orang seperti Geller harus dilawan dengan kata-kata, bukan senjata.


"Geller bisa menggambar kartun apa pun yang dia mau. Saya selalu membela haknya untuk menjadi orang bodoh, dan saya punya hak untuk melawan kebodohannya dengan kata-kata saya," ucapnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya