Bocah Korban Perkosaan Ayah Tiri Melahirkan

Sumber :
  • VIVAnews/Joseph Angkasa
VIVA.co.id
Residivis Perkosa Dua Anak Tiri
- Seorang bocah berusia 11 tahun asal Paraguay, pada Kamis kemarin, 13 Agustus 2015, dilaporkan melahirkan anak pertamanya di sebuah rumah sakit. Anak yang dilahirkan oleh bocah yang tak disebutkan namanya itu, merupakan benih dari ayah tirinya sendiri. 

Daftar Kelam Bocah Depok di 2015
BBC edisi Jumat, 14 Agustus 2015, melansir, bocah tersebut pada tahun lalu diperkosa oleh ayah tirinya hingga hamil. Namun, ketika bocah itu berniat untuk mengaborsi kandungannya, dilarang oleh Pemerintah Paraguay.

Derita Siswi SMK, 3 Tahun Jadi Budak Seks Ayah Tiri
Menurut dokter yang merawat di Rumah Sakit Reina Sofia, jenis kelamin bayi yang dilahirkan merupakan perempuan. Dia dilahirkan melalui proses operasi caesar dan memiliki berat sekitar 3,55 kilogram. 

"Ibunya kini tengah dalam masa pemulihan usai dioperasi," ujar dr. Mario Villalba kepada stasiun radio lokal, Radio Cardinal. 

Menurut laporan, bocah tersebut diperkosa oleh ayah tirinya ketika masih berusia 10 tahun. Pelaku kini tengah mendekam di penjara untuk menanti pengadilan. 

Ayah tiri bocah itu membantah telah memperkosa putrinya sendiri. Sementara, ibu kandungnya turut ditangkap polisi akibat lalai dalam melindungi anak. 

Pada bulan Mei lalu, Pemerintah Paraguay menolak aborsi walaupun wanita mengandung benih hasil tindak pemerkosaan. Hal tersebut memicu kemarahan banyak aktivis di negara tersebut. 

"Paraguay gagal untuk melindungi kaum perempuan," ujar para ahli dari kelompok PBB pembela hak asasi manusia. 

Sementara itu, organisasi Amnesti Internasional menganggap keputusan Paraguay agar bocah itu tetap melahirkan di usia dini merupakan tindakan di luar perikemanusiaan.

Kehamilan bisa menjadi sesuatu yang membahayakan nyawa perempuan yang tubuhnya belum tumbuh dewasa. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan risiko tingkat kematian ibu hamil tergolong tinggi ketika si ibu masih berusia remaja dan di bawah 15 tahun. 

Kesulitan saat di masa kehamilan dan proses persalinan justru memicu kematian gadis remaja di negara-negara berkembang.  (ase)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya