Begini Cara Orang Belanda Kangen Indonesia

Warga Belanda Edward Brouwer menunjukkan silsilah keluarga
Sumber :
  • VIVA.co.id / Renne Kawilarang

VIVA.co.id - Apa yang dilakukan orang-orang Belanda bila kangen dengan Indonesia? Pastinya, mereka kumpul-kumpul sambil bernostalgia dan, tentu saja, joget poco-poco. Sementara kaum muda setempat memanfaatkan ajang tersebut untuk mencari tahu seperti apa Indonesia dan bagaimana bisa ke sana. 

Suasana itu yang muncul saat ratusan orang bertemu dalam suatu acara di Rijswijk, pinggir Kota Den Haag, pada Minggu 13 September lalu. Mereka rata-rata adalah orang-orang Belanda keturunan Indonesia maupun yang pernah tinggal di Indonesia sebelum hijrah ke Negeri Kincir Angin. 

Bertempat di suatu gedung pertemuan, acara ini baru kali pertama mempertemukan orang-orang tua dan kaum muda keturunan Indonesia. “Itu sebabnya kami namakan acara ini ‘Generations,’ yang mempertemukan generasi kedua dengan generasi ketiga dan keempat orang-orang Indo-Belanda,” kata Sylvia Budie, penyelenggara acara “Generations.”   

Menurut Sylvia, walau sudah lama tidak berkunjung ke Tanah Air, namun para pengunjung sudah tidak asing lagi dengan budaya Indonesia. “Kita bisa lihat sendiri, mereka langsung berjoget saat penyanyi membawakan sejumlah lagu populer daerah, seperti Soleram, Sajojo, dan Poco-poco,” kata Sylvia.

Lagu-lagu itu dibawakan secara fasih oleh penyanyi Belanda, Ray Smith. Dia pun rutin membawakan lagu-lagu pop daerah Indonesia tersebut di acara tahunan Tong Tong Fair di Den Haag.

RI Ajak Belanda Tanam Modal Industri Hilir Minyak Sawit

Warga Belanda joget poco-poco

Acara ini dimanfaatkan seorang warga Belanda untuk menjelaskan asal-usul keluarganya. “Ini kakek saya waktu bertugas di Indonesia sebagai perwira KNIL (militer Belanda),” kata Edward Brouwer sambil memamerkan foto keluarga.

“Ayah saya lahir di Jakarta. Umur 20 meninggalkan Indonesia dan tinggal di Belanda. Lalu bibi saya lahir di Sumedang dan tinggal di sana. Saya punya sekitar 250 kerabat yang tinggal di Indonesia,” lanjut Edward.

Dia sendiri pernah tinggal beberapa tahun di Indonesia. “Selama 2007 sampai 2011 saya tinggal di Medan, bekerja untuk sebuah perusahaan teknologi informasi sebelum pulang ke Belanda,” kata Edward, yang saat ini mengelola biro perjalanan.

“Saya ingin sekali bisa kembali ke Indonesia. Medan dan Sumedang merupakan tempat yang sangat berkesan, dan sudah pasti saya suka dengan makanannya yang beragam,” lanjut Edward.

Kaum muda Indo Belanda membawakan acara Generations

Kaum muda Belanda pun memanfaatkan acara ini untuk bertukar pikiran dengan generasi sebelum mereka. “Semakin lama, saya semakin bertanya-tanya di mana asal-muasal keluarga saya. Apalagi begitu mengetahui bahwa kakek dan nenek saya lahir di Bandung, ingin sekali saya bisa pergi ke sana,” kata Leroy Woudstra.

Dia mengaku merupakan generasi ketiga warga Belanda keturunan Indonesia. Kecintaan Leroy kepada Indonesia dia buktikan dengan mengelola sebuah halaman penggemar (fan page) di laman Facebook dengan nama “Indo’s Be Like.”

“Halaman penggemar berkembang pesat. Dalam setahun saja sejak dibuka sudah lebih dari 43.700 pengunjung yang mendaftar,” kata Leroy sambil memperlihatkan fan page tersebut. Halaman berbahasa Belanda itu menampilkan ketertarikan atas budaya Indonesia, terutama ragam kuliner dan wayang.

Sementara itu, aktor sekaligus penyanyi hip-hop Ricky Risolles mengaku sudah empat kali datang ke Indonesia. “Kunjungan terakhir pada tahun lalu saat ke Yogyakarta. Makin lama saya semakin ingin sering-sering berkunjung ke Indonesia,” ujar Ricky, yang bernama asli Jaro Wolff.

Bangga Kibarkan Merah Putih pada HUT RI di Belanda

Penyanyi hip-hop Belanda Ricky Risolles

Lalu, mengapa memakai nama panggung Ricky Risolles? Pemuda kelahiran Rotterdam itu rupanya ingin mengaitkan keahliannya ibunya memasak risoles, salah satu penganan favorit Indonesia.

“Ibu saya orang Jawa, lahir di Surabaya. Datang ke Belanda pada 1971. Beliau memasak risoles enak sekali. Saya pakai itu jadi nama panggung dan ternyata lebih diterima penggemar,” kata Ricky, penyanyi sejumlah lagu hip-hop jenaka berbahasa Belanda campur Indonesia, seperti “Jam Karet,” “Mijn Soto,” dan “Gila Risolles,” dan bisa disaksikan di YouTube.

Sama seperti kaum muda Belanda keturunan Indonesia, Ricky pun ingin mendalami lebih lanjut asal-usul keluarganya di Tanah Air. “Saya ingin tahun sejarahnya. Dengan memahami asal-usul keluarga, saya pun juga makin mengetahui betapa dekatnya hubungan bangsa Belanda dengan Indonesia walau keduanya pernah mengalami babak sejarah yang kelam. Tapi sejarah itu juga perlu kita ketahui.” kata Ricky.

Acara “Generations” itu dibuka oleh Minister-Counsellor Kedutaan Besar Republik Indonesia di Den Haag, Azis Nurwahyudi. “Saya, mewakili KBRI, menyambut baik acara ini. Tidak saja berguna bagi para pengunjung, yang ingin mengetahui akar sejarah keluarga mereka, namun juga bisa mempererat tali persaudaraan antara bangsa Belanda dengan Indonesia,” kata Azis yang membuka acara dengan memukul gong.

Perwakilan KBRI Den Haag membuka acara Generations

Dia tidak saja meresmikan acara itu, namun juga ikut menari sajojo dan poco-poco bersama para pengunjung. Acara ini diramaikan dengan sejumlah pameran barang kerajinan asal Indonesia dan juga sajian beberapa makanan favorit khas nusantara, seperti soto ayam, sate, dan nasi rames. Selain pertunjukkan musik dan dansa-dansi, acara ini juga menampilkan sesi meditasi yoga kundalini dengan media gong.
  

   


 

Ada Paskibra Merah Putih di Belanda
Presiden Joko Widodo

Setelah 16 Tahun, Jokowi Akhirnya Kunjungi Negara Ini

Misi khusus pun dibawa Presiden jelang kunjungannya ke Belanda.

img_title
VIVA.co.id
11 April 2016