RI Bersiap Gelar KTT Luar Biasa OKI di Jakarta

Hasan Kleib (kiri) dan Arrmanatha Nassir
Sumber :
  • VIVA.co.id/Rebecca Reiffi Georgina
VIVA.co.id
- Direktur Jenderal Multilateral Kementerian Luar Negeri RI, Hasan Kleib, mengatakan Menteri Luar Negeri, Retno LP Marsudi akan menerimakan dan bertemu dengan perwakilan Sekretaris Jenderal Organisasi Kerja sama Islam (OKI), hari ini, terkait dengan KTT Extra Ordinary (Luar Biasa) OKI yang diadakan di Jakarta pada 6 dan 7 Maret 2016 mendatang.


"Besok (hari ini) Ibu Menlu akan bertemu perwakilan Sekjen OKI sekitar pukul 18.30 WIB. Pertemuan ini membahas rencana KTT Luar Biasa OKI yang bulan depan segera dilaksanakan," kata Hasan, dalam konferensi pers di Gedung Kemlu RI, Jakarta, Kamis, 4 Febuari 2016.


Ia melanjutkan, pada Selasa pekan depan, Menlu Retno akan mengadakan pertemuan dengan perwakilan OKI dan Palestina untuk lebih lanjut membahas mengenai rancangan dokumen yang akan dibicarakan oleh para peserta KTT yang akan mengangkat tema mengenai Palestina dan Al-Quds Al Sharif itu.
Sampai Kapan pun, AS Tetap Butuh Israel di Timur Tengah


Menlu Akan Resmikan Kantor Konsul Kehormatan di Ramallah
Hasan menegaskan, tujuan utama dari diselenggarakannya KTT Luar Biasa OKI ini adalah untuk mencapai visi dua negara berdiri secara damai. Diharapkan KTT Luar Biasa dapat mendorong terwujudnya kehidupan damai antara Palestina dan Israel mengingat Indonesia dan puluhan negara lainnya sudah memberikan dukungan dan pengakuan bagi kemerdekaan Palestina.

Menakar Efektivitas Seruan Boikot atas Israel

Ia mengungkapkan, terdapat dua hasil yang akan dikeluarkan usai KTT, yakni pernyataan bersama dan Deklarasi Jakarta mengenai langkah-langkah yang harus diambil oleh OKI terkait dengan permasalahan yang dihadapi Palestina dan Israel.


"Bisa jadi ada pertemuan antara pihak Kwartet Timteng pada KTT ini untuk membahas hal lainnya tapi tidak akan dibicarakan soal ISIS atau masalah di Suriah, hal itu baru akan dibicarakan saat KTT OKI reguler mendatang," tutur Hasan.


Kwartet Timteng terdiri dari Rusia, Amerika Serikat, PBB dan Uni Eropa yang memfasilitasi perdamaian Palestina dan Israel. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya