Brexit Picu Kejahatan Rasial di Inggris

Brexit.
Sumber :
  • REUTERS/Francois Lenoir

VIVA.co.id – Hal yang paling ditakuti setelah rakyat Inggris memutuskan untuk keluar dari Uni Eropa adalah terjadinya kejahatan dan kekerasan rasial (xenophobia). Kekhawatiran itu terjadi, bahkan dalam waktu yang tidak terlalu lama.

Selama Virus Corona, Ujaran Kebencian Anti Asia Meningkat di Inggris

Lebih dari 100 insiden terkait pelecehan rasial dan kejahatan karena kebencian telah dilaporkan terjadi sejak Kamis, 23 Juni 2016, atau hanya beberapa jam setelah Inggris memutuskan keluar dari Uni Eropa. Sejumlah warga keturunan Polandia yang tinggal di Inggris mengaku mendapatkan teror dan pelecehan verbal.  

Pemilik akun Twitter Kirsty Allan melaporkan terjadinya penyerangan terhadap seorang warga Italia tak lama setelah referendum. Agata Brezniak, yang telah berada di Inggris sejak berusia 17 tahun juga mengaku mulai ketakutan.

Banyak Keuntungan, Polandia Pilih Bertahan di UE

"Saya telah tinggal selama delapan tahun di Inggris dan merasa negara ini adalah rumah saya. Namun, seperti banyaknya orang Polandia lain, saya khawatir pengumuman referendum akan meningkatkan intoleransi, diskriminasi, dan rasisme. Namun, saya tak menyangka prosesnya terjadi begitu cepat dan agresif," ujarnya seperti dikutip dari The Guardian, Senin, 27 Juni 2016.

Hanya beberapa jam setelah pengumuman referendum, ia mengaku didatangi oleh seorang perempuan yang menanyakan apakah ia orang Polandia. Perempuan itu lalu memintanya agar berhati-hati, dan segera mengurus visa jika ingin tinggal di Inggris.

KTT Uni Eropa Kini Berlangsung Tanpa Inggris

"Senyumnya, dan cara dia memandang saya membuat saya ingin menangis," katanya.

Sementara itu, Kedutaan Besar Polandia di London menyatakan sangat khawatir dengan munculnya aksi xenophobia yang terjadi pada warga Polandia.

"Kami sangat terkejut dan mengamati dengan sangat serius insiden yang terjadi pada warga Polandia dan komunitas imigran lain di Inggris," demikian pernyataan Kedubes Polandia seperti diberitakan oleh Reuters, Senin, 27 Juni 2016.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya