Keluarga Korban WNI Sandera Abu Sayyaf Bertemu Pemilik Kapal

Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur.
Sumber :
  • Jeffry Sudibyo

VIVA.co.id – Kementerian Luar Negeri mengonfirmasikan kalau perwakilan keluarga korban tiga anak buah kapal warga negara Indonesia (ABK WNI) yang disandera kelompok bersenjata yang diduga Abu Sayyaf di Malaysia bertemu dengan pemilik kapal, hari ini.

Front Pembebasan Islam Moro Janji Bantu Bebaskan Sandera

"Kemlu sudah berkomunikasi dengan pemilik kapal, perwakilan pihak keluarga hari ini juga berangkat ke Sabah untuk bertemu dengan pemilik kapal," kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Kementerian Luar Negeri, Lalu Muhammad Iqbal, di Gedung Kemlu RI, Jakarta, Rabu, 13 Juli 2016.

Ia juga menegaskan, pada prinsipnya masalah ini harus diselesaikan oleh pemerintah dan perusahaan Malaysia yang mempekerjakan tiga ABK WNI. Sedangkan Indonesia, dalam hal ini, terus mendorong perusahaan agar bertanggungjawab mengingat korban merupakan karyawan resmi di perusahaan tempat mereka bekerja.

Warga Jerman Tewas Dipenggal Kelompok Abu Sayyaf

Terkait dengan kronologis penculikan, Iqbal menjelaskan pelaku hanya menyandera WNI yang memiliki paspor Indonesia.

"Kapal sedang berlayar di Lahad Datu dekat dengan Markas AL Malaysia. Kapal itu membawa tujuh orang awak. Lalu, tiga WNI diculik smenetara empat lainnya dibebaskan. Beruntung, salah satu yang dibebaskan adalah WNI tapi tidak diculik karena tak membawa dokumen (KTP/Paspor Indonesia)," kata Iqbal.

Nelayan Indonesia Kembali Diculik Abu Sayyaf

Selain itu, menurut Iqbal, pelaku juga tak bisa membawa lebih dari empat orang mengingat kapasitas kapal cepat (speed boat) yang mereka kendarai terlalu kecil.

"Orang Kementerian Pertahanan saat ini ada di Kuala Lumpur (Ibu kota Malaysia) untuk membahas masalah ini dengan pihak Malaysia," papar Iqbal.

Sementara, Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi intens berhubungan dengan Menteri Luar Negeri Malaysia, Datuk Seri Anifah Aman. Adapun KJRI Tawau terus berkoordinasi dengan otoritas di Malaysia, terutama Lahad Datu serta berkomunikasi dengan pemilik kapal.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya