Bos Uni Eropa: Donald Trump Itu Masalah Seluruh Dunia

Calon Presiden AS dari Partai Republik, Donald Trump.
Sumber :
  • REUTERS/Carlo Allegri

VIVA.co.id – Presiden Parlemen Uni Eropa Martin Schulz mengatakan, jika Amerika Serikat memilih Donald Trump sebagai Presiden pada pemilu 8 November mendatang, maka hal itu akan menjadi masalah bagi seluruh dunia dan mendorong lahirnya 'Trump baru' di Eropa.

Uni Eropa Diminta Menanggung Biaya Pengungsi Ukraina

"Trump tidak hanya masalah bagi Uni Eropa, tetapi juga bagi seluruh dunia," kata Schulz, seperti dikutip kantor berita Reuters, Kamis, 15 September 2016.

Menurutnya, apabila seorang pria tampil di publik namun tidak menunjukkan dirinya pintar dan berwibawa, itu sama saja membawa masalah baru ke Gedung Putih.

Ukraina Minta Masuk Uni Eropa, Slovenia Dukung Diproses Cepat

"Jika dia terpilih, maka dunia mencapai titik kritis. Ibaratnya menempatkan orang yang salah di tempat yang salah pula," ungkapnya.

Tak hanya itu, Schulz menambahkan bahwa ia sangat khawatir jika Trump masuk ke dalam lingkaran kekuasaan justru akan melahirkan 'peniru' di kawasan Benua Biru.

5 Hari Rusia Menggempur, Ukraina Melawan dengan Sengit Tangguh

"Ini lebih menakutkan lagi. Makanya, saya tidak ragu dan ingin Hillary Clinton menang (pemilu presiden)," jelas Schulz.

Sebelumnya, Pendeta Faith Green Timmons dari Gereja Bethel United Methodist, di Kota Flint, negara bagian Michigan, Amerika Serikat, tiba-tiba menghentikan pidato dan menegur keras calon Presiden dari Partai Republik, Donald Trump, di depan jemaat gereja khusus kulit hitam, pada Rabu.

Teguran keras itu berawal dari pidatonya yang mengkritik Hillary Clinton mengenai berbagai kegagalannya.

Tiba-tiba, Pendeta Timmons naik ke atas panggung dan langsung memotong sambutan taipan New York tersebut. Menurutnya, ia mengundang Trump bukan untuk membahas persoalan politik, terlebih menjelang pemilihan presiden.

Ladang minyak Exxon di di Pulau Sakhalin, Rusia.

UE Setop Pasokan, Rusia: Harga Minyak Bakal di Atas US$300 Per Barel

Uni Eropa akan membutuhkan lebih dari satu tahun untuk mengganti volume minyak yang diterimanya dari Rusia.

img_title
VIVA.co.id
8 Maret 2022