Aktivis Hungaria Sebut Revolusi Mereka Mirip di Indonesia

Jozsef Mickski, aktivis Hungaria saat berbicara di Erasmuis Huis, Jakarta.
Sumber :
  • Viva.co.id/Dinia Adrianjara

VIVA.co.id – Revolusi Hongaria 1956 merupakan salah satu pemberontakan besar yang diprakarsai pelajar, terhadap pemerintah komunis yang didukung oleh Uni Soviet. Pemberontakan nasional yang berlangsung pada tanggal 23 Oktober sampai 10 November 1956 ini, melibatkan ribuan massa pelajar.

Jerman Dikepung Zona Merah Corona, Peringatan Perjalanan Keluar

Salah satu aktivis pelajar yang turut dalam aksi tersebut adalah Jozsef Micski. Saat berjuang bersama para pelajar lainnya, Micski sempat ditahan di Szeged, kota terbesar keempat di Hongaria, bersama aktivis lainnya. Namun, hal ini tidak membuat semangatnya surut.

"Kami sempat memulai dengan demonstrasi damai di Budapest, dan tersebar di seluruh Hongaria pada 23 Oktober 2016. Namun tiba-tiba saat pagi hari tanggal 4 November, tentara Soviet menyerang seluruh Hongaria tanpa adanya deklarasi perang," kata Micski di Erasmus Huis Jakarta, Senin 7 November 2016.

Menunggu Rio Febrian Pulang, Jenazah Ibunda Belum Dimakamkan

Micski menceritakan, saat itu seorang utusan pelajar mencoba untuk memasuki gedung Radio Hongaria untuk menyiarkan tuntutan mereka. Namun ia ditangkap. Saat hendak menuntut untuk melepaskan pelajar tersebut, mereka pun ditembaki oleh Otoritas Perlindungan Negara.

"Saat itu situasi sangat menegangkan. Seluruh masyarakat tidak boleh ada yang keluar maupun naik kereta. Pintu dan jendela setiap rumah terkunci, bahkan militer bersenjata pun berpatroli. Banyak warga panik, dan saya bersama rekan lainnya berusaha menenangkan sambil mendistribusikan roti kepada masyarakat di sekitar lokasi," ujarnya mengenang.

Dokter Bikin Baju Paduan Budaya Hungaria dan Nusantara

Massa yang tadinya berjumlah ratusan, lama kelamaan pun membludak menjadi puluhan ribu orang. Micski pun mengakui bahwa saat itu ia bersama teman-temannya mendesak adanya solusi damai, untuk mencegah korban berjatuhan.

Micski menilai, revolusi di Hongaria mirip seperti yang terjadi di Indonesia pada tahun 1998 saat mahasiswa menuntut Presiden Soeharto turun dari jabatannya. Hongaria dan Indonesia dalam hal ini sama-sama berjuang untuk melawan pemerintahan otoritarian.

"Saat itu kami ingin pemerintahan yang bersih, bebas dalam berpendapat dan ingin mengusir tentara Soviet dari negara kami. Meskipun menggunakan cara yang berakhir kepada pemberontakan, tetapi ini membawa perubahan yang besar. Perjuangan ini harus menjadi contoh bagi generasi muda saat ini untuk mempertahankan negaranya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya