Kemlu Berharap Menlu AS Rex Tillerson Jadi Mitra Strategis

Menlu AS Rex Tillerson.
Sumber :
  • REUTERS/Kevin Lamarque

VIVA.co.id – Rex Tillerson resmi diangkat menjadi Menteri Luar Negeri AS. Ia adalah mantan CEO Exxon Mobil.

Jimly Asshiddiqie: Menlu AS Datang Bujuk RI Tak Berpihak ke China

Juru bicara Kementerian Luar Negeri RI Arrmanatha Nasir, Kamis 2 Januari 2017 mengatakan pihaknya masih terus memantau perkembangan atas langkah-langkah yang diambil  Menlu Amerika Serikat baru Rex Tillerson, setelah resmi dilantik pada akhir Januari lalu.
 
"Kami sampaikan ucapan selamat kepada Tillerson karena telah resmi menjadi Menlu baru AS dan pastinya kami akan melihat langkah-langkah yang diambil olehnya," ujar Arrmanatha di Kementerian Luar Negeri RI, Pejambon, Jakarta Pusat.
 
"Dengan terpilihnya Tillerson, kami berharap Indonesia dan AS dapat saling meningkatkan hubungan. Seperti yang telah saya sampaikan sebelumnya, Indonesia dan AS memiliki hubungan yang sangat strategis," kata Arrmanatha menambahkan.

Mantan CEO Exxon Mobil tersebut dianggap bisa menjadi Menlu AS yang paling berbahaya karena ucapan-ucapannya. Terakhir, ketika diwawancara dengan Senat, ia mengatakan Tiongkok dilarang melintasi kawasan Laut China Selatan. Pernyataan kontroversial dari Menlu AS ke-69 ini berbuntut panjang. Ia telah membuat Tiongkok murka.

DPR Ingatkan Prabowo Jangan Beli Jet Tempur Bekas

Di samping itu, pengamat politik luar negeri Indonesia, Dewi Fortuna Anwar, menilai pernyataan Tillerson itu merupakan bukti jika AS tidak akan melepaskan pandangannya terhadap wilayah Asia Timur, khususnya Laut China Selatan.
 
"Saya kira itu sudah merupakan pandangan awal pemerintahan Trump di mana AS tidak akan membiarkan satu negara pun menguasai Laut China Selatan," ujar Dewi, Kamis, 12 Januari 2017 di Jakarta.
 
"Jika Tillerson memang menyatakan seperti itu, berarti AS tetap fokus pada wilayah Asia. Karena awalnya, banyak yang khawatir AS akan tidak terlalu fokus kepada Asia sejak Trump terpilih," katanya.
 
Dewi menilai Menlu baru AS ini adalah sosok yang pragmatis, visioner, dan tidak inward looking. Hal itu bisa dilihat dari gaya berbicara dan profesi yang ia jalani sebelumnya, yaitu seorang pebisnis di bidang perminyakan. "Menurut saya, siapa pun presidennya, siapa pun Menlunya, AS akan tetap mempertahankan kebijakan kebebasan navigasinya di Laut China Selatan," ungkap Dewi.
 
Menlu pilihan Trump ini, imbuh Dewi, adalah sosok penganalisa. Ia selalu menganalisis risiko sebelum memutuskan sesuatu, memanfaatkan peluang yang ada, serta meminimalisir potensi konflik. Dewi juga mengatakan Menlu baru AS ini sudah paham bagaimana cara berhubungan baik dengan negara-negara lain, termasuk Indonesia.

"Seorang CEO perusahaan besar memang harus seperti itu. Ia harus mempertimbangkan risiko sebelum mengambil keputusan. Saya kira dia akan mengaplikasikan hal itu saat menjabat nanti," ujarnya.
 
"Tillerson ini menlu AS yang sama sekali tidak berpengalaman di bidang politik. Berbeda dengan Menlu-Menlu AS sebelumnya, seperti John Kerry dan Hillary Clinton yang memang punya latar belakang politik dan mengerti tentang kebijakan luar negeri AS. Just wait and see," tuturnya.

Prabowo Akan ke Amerika Bahas Kerja Sama Pertahanan dengan Menhan AS
Menlu AS Mike Pompeo bersama Menlu RI Retno Marsudi

AS Perpanjang Pembebasan Tarif Bea Masuk untuk Indonesia

Keputusan tersebut diambil setelah USTR melakukan review terhadap fasilitas GSP untuk Indonesia sejak 2018.

img_title
VIVA.co.id
1 November 2020