Status KLB Parsial Hepatitis di Depok Berlaku Sampai Januari 2020

Kepala Dinas Kesehatan Kota Depok, dokter Novarita di Depok.
Sumber :
  • VIVAnews/ Zahrul Darmawan (Depok)

VIVA – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Depok mencatat, jumlah laporan wabah virus Hepatitis A yang terjadi di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 20 Depok, mencapai sebanyak 138 orang. Mereka yang terjangkit bukan hanya dari kalangan siswa tapi juga guru hingga pedagang kantin.  

Sinergi Bea Cukai dan BNN Tekan Peredaran Gelap Narkotika di Wilayah Jawa Tengah

“Jumlah yang terindikasi hepatitis, yang kita dapat datanya total awalnya ada 138 orang. Rinciannya, dari kelas tujuh sebanyak 49 orang, dari kelas delapan ada 42 orang, kelas sembilan ada 38 orang. Kemudian karyawan (guru dan pegawai lain) delapan orang serta petugas kantin satu orang,” kata Kepala Dinkes Kota Depok dokter Novarita, Jumat, 29 November 2019.

Dari 72 orang yang telah diuji hasil sampel darahnya di laboratorium, terdeteksi 51 di antaranya positif terjangkit virus Hepatitis A. “Sisanya negatif,” ujarnya.

Waspada! DBD di Indonesia Melonjak Hampir 3 Kali Lipat pada Kuartal I 2024

Novarita mengungkapkan, pihaknya sampai saat ini belum mencabut status Kejadian Luar Biasa (KLB) parsial atas peristiwa ini. “Karena kasus hepatitis ini ada waktu dua bulan. Kita tetapkan SK KLB parsial tanggal 20 November sampai 20 Januari 2020," ujarnya.

Dia menjelaskan, KLB parsial ditetapkan karena hanya terjadi di satu wilayah (SMPN 20). “Harapannya tidak menyebar,” ujarnya.

Rektor UNU Gorontalo Diduga Lecehkan 12 Mahasiswi, Dosen dan Staf di Kampus

Untuk mencegah kasus serupa, Novarita megaku pihaknya telah gencar melakukan sosialisasi PHBS (Pola Hidup Bersih dan Sehat), menganalisa dan membikin posko kesehatan.

“Posko ini kami siapkan agar jika ada yang sakit langsung dilaporkan kemudian dilakukan pemeriksaan. Kami juga menganjurkan untuk membiasakan cuci tangan dan anak-anak dilarang saling bertukar alat makan atau minum,” katanya.

Kemudian, menurut Novarita, pihaknya juga telah mengingatkan kepada para pedagang di kantin sekolah, untuk mencuci alat makan di tempat air yang mengalir. 

Ketika disinggung apa penyebab kasus ini, Novarita mengungkapkan, hal itu masih dalam proses pemeriksaan sambil menunggu hasil uji laboratorium makanan dan minuman di lingkungan sekolah tersebut.

“Sampel jajanan sudah kita ambil tapi hasilnya belum keluar sehingga belum bisa kita pastikan penyebabnya. Namun diduga ada makanan yang tercemar,” katanya. 
 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya