Anies Sebut Polusi Udara di Jakarta Disumbang dari Luar Kota Terbawa Angin

Bakal calon presiden Anies Baswedan
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Farhan

Jakarta – Mantan Gubernur DKI Jakarta yang juga bakal calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan, Anies Baswedan turut menyoroti terkait dengan polusi udara saat ini di DKI Jakarta. Memang, kekinian Indonesia khususnya di wilayah Jakarta polusi udaranya tengah menjadi sorotan publik karena tidak layak.

Jubir Anies Sebut Pembubaran Timnas Amin Tak Jadi Digelar Hari Ini, Lalu Kapan?

Anies Baswedan menjelaskan bahwa udara di Jakarta itu memang sering mengalami perubahan mulai dari sangat kotor sampai dengan sangat bersih. Hal itu dilandasi dari data yang ada.

"Bicara tentang kualitas udara di Jakarta itu ada data yang menunjukkan satu saat kita sangat kotor, satu saat kita bersih dan ada bersih sekali. Sementara kegiatan di kota ini sama," ujar Anies Baswedan kepada wartawan di Jakarta yang dikutip Rabu 16 Agustus 2023.

Tim Pengawal Anies Pamitan usai Pilpres 2024 Berakhir

Kemudian, Anies merasa heran mengapa tetiba polusi udara di Jakarta bisa menjadi sangat buruk saat ini. Padahal, aktivitas masyarakat Jakarta masih sama seperti sedia kala.

Kondisi udara di Jakarta yang penuh polusi.

Photo :
  • VIVAnews/ M Ali Wafa
Anies Buka Peluang Maju Pilgub Jakarta: Saya Baru Satu Periode

"Kok kegiatan kota ini sama mendadak kotor sekali mendadak the most polluted ada hari-hari tertentu. Apa jawabnya? Jawabnya adalah polusi udara yang terjadi di luar Jakarta yang bergerak karena angin dia ke Jakarta," kata dia.

Pun, Anies mengatakan memang udara buruk itu terjadi di luar Jakarta sehingga terbawa angin dan masuk ke dalam wilayah Jakarta. Maka dari itu, indikator yang ada di wilayah Jakarta menyala dan menyebutkan bahwa udara di Jakarta sedang tidak baik-baik saja.

"Ketika angin berhembus ke Jakarta maka indikator Jakarta akan nyala dan menunjukkan polusinya tinggi. Ada pilihan kita tidak memasang alat indikator itu tapi kami tidak memilih, untuk memiliki lebih bahkan," kata Anies.

"Sama seperti covid, covid itu tidak ada karena tidak ada testingnya. Kita milih ada testing. Nah ini harus diselesaikan di luar wilayah Jakarta," imbuhnya.

Mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyebutkan bahwa hal ini harus diselesaikan di luar Jakarta dengan menurukan emisi kendaraan. "Di Jakarta sendiri turunkan emisi mobil kendaraan, kemudian taman dan untuk luar transisi ke energi yang bersih karena sumber-sumbernya itu pada pembangkit listrik tenaga batu bara," bebernya.

Biang Kerok Polusi Udara Jakarta

Sebagai informasi, Berdasarkan data Indeks Kualitas Udara (AQI) Air, Jakarta menempati posisi teratas daftar kota dengan tingkat polusi terburuk pada Senin, 7 Agustus 2023. Indeks kualitas polusi udara Jakarta mencapai angka 186 alias masuk kategori tidak sehat. 

Kemudian tercatat konsentrasi PM2.5 mencapai 121,7 mg/m3 (mikrogram per meter kubik) udara. Angka tersebut lebih tinggi 24,3 kali dari standar panduan udara tahunan WHO.

Sedangkan konsentrasi PM10 mencapai 144 mg/m3. Indeks udara Kota Jakarta ini juga menjadi paling tinggi dalam kurun satu pekan terakhir. Indeks kualitas udara yang baik itu berada di angka 0-50, sedangkan AQI di atas 300 dianggap berbahaya.

Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (Dirjen PPKL-KLHK), Sigit Reliantoro mengatakan salah satu penyebab kualitas udara buruk karena saat ini sedang memasuki musim kemarau. 

Sigit menyebut, dari segi siklus sejak Juni, Juli dan Agustus merupakan periode terjadinya peningkatan pencemaran udara. 

"Kalau dari segi siklus memang bulan Juni, Juli, Agustus itu selalu terjadi peningkatan pencemaran di Jakarta karena dipengaruhi oleh udara dari timur yang kering," ucap Sigit dalam konferensi pers, Jumat, 11 Agustus 2023. 

Sementara kalau dari segi bahan bakar, kendaraan bermotor atau sektor transportasi jadi penyumbang utama polusi udara di Jakarta dari segi bahan bakar. Disusul oleh industri, energi manufaktur hingga perumahan. 

"Kalau dilihat dari sektor-sektornya, maka transportasi itu 44 persen, industri 31 persen, energi manufaktur 10 persen, perumahan 14 persen dan komersial 1 persen," ucapnya. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya