- ANTARA/Yusran Uccang
VIVAnews - Wakil Gubernur DKI Jakarta telah mengumpulkan seluruh Wali Kota DKI Jakarta terkait maraknya bentrokan antar warga. Belakangan terjadi di Pasar Rumput, Manggarai, Jakarta Selatan, pada Minggu, 3 Juli 2011 lalu.
Selain walikota, Kepala Satpol Pamong Praja (PP) Effendi Anas, juga ikut hadir dalam pembahasan mengatasi tawuran yang marak di pemukiman warga.
Saat ditemui di tempat yang sama, Wali Kota Jakarta Pusat Saefullah mengaku Pemprov DKI Jakarta akan segera menyelesaikan kasus tawuran massal itu.
"Malam ini diadakan pertemuan dengan camat Menteng, camat Setiabudi, lurah Menteng Tenggulun, lurah Setiabudi, tokoh masyarakat dan warga yang bertikai kemarin. Pertemuan diadakan di Kelurahan Menteng malam ini," katanya.
Pertikaian brutal itu diduga karena aksi provokasi dari orang-orang di luar warga yang bertikai. Dugaan provokator tersebut diterima Walikota setelah adanya beberapa laporan yang masuk.
Sedangkan Wali Kota Jakarta Selatan Syahrul Effendi mengatakan, tawuran yang terjadi di Pasar Rumput seringkali dipicu dengan masalah sepele, seperti pertandingan sepakbola, layangan putus, dan permainan burung merpati.
Kepala Satpol PP DKI Jakarta Effendi Anas mengatakan, untuk mengantisipasi adanya bentrokan kembali, akan dipasang kamera pengintai sebanyak lima unit. Pemasangan akan dilakukan dalam dua pekan ini.
Berbeda dengan pernyataan Syahrul, menurut Effendi, pemicu pertikaian ada kemungkinan karena masalah kepentingan ekonomi, yaitu lebih pada persaingan usaha. "Bisa jadi masalahnya karena persaingan usaha itu," ungkapnya.
Seperti diketahui, dalam tiga hari terakhir, tawuran di Pasar Rumput kerap terjadi. Tawuran itu melibatkan kelompok warga Pasar Rumput dan Manggarai, Jakarta Selatan, dengan warga Menteng Tenggulun, Jakarta Pusat. Akibat aksi tawuran ini, sejumlah fasilitas sosial seperti shelter Transjakarta rusak. Tawuran juga menyebabkan sejumlah korban luka. (umi)
Ekonomi Global Diguncang Konflik Geopolitik, RI Resesi Ditegaskan Jauh dari Resesi
Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian (Kemenko Perekonomian) menyebut, risiko RI masuk ke jurang resesi masih jauh lebih rendah dibandingkan negara-negara lain.
