Waspada, Kejahatan Pembiusan Mulai Marak

Muhammad Rizal, korban pembiusan di RS Fatmawati
Sumber :
  • VIVAnews/Sandy Adam Mahaputra

VIVAnews - Kasus kejahatan pembiuasan yang mengincar pemudik mulai marak di Jakarta. Modus kejahatan ini harus diwaspadi apalagi mendekati Lebaran. Selalu waspada dan jangan mudah percaya dengan orang yang baru dikenal dapat menghindari kita dari kejahatan pembiusan.

Hari ini, Rabu, 17 Agustus 2011, dua pemuda yang akan mudik kampungnya di Indramayu, Jawa Barat, menjadi korbannya. Mereka ditemukan tergeletak oleh tukang ojeg di depan Kantor PLN Jalan Yos Sudarso, Jakarta Utara.

Pemuda bernama Ahmadi (25), dan Tarnoto (27), kondisinya masih lemah, setelah menjalani perawatan di Instasi Gawat Darurat Rumah Sakit Koja Jakarta Utara. Bahkan Tarnoto hingga kini masih terlelap akibat pengaruh kuat dari obat bius.

Menurut Ahmadi, mereka adalah pekerja bangunan di Pontianak, Kalimantan Barat, yang akan mudik untuk libur Lebaran. Setelah turun dari pesawat, mereka kemudian akan melanjutkan perjalanan melalui Terminal Rawamangun, Jakarta Timur.

Saat hendak menunggu mobil, mereka berkenalan dengan orang yang kemudian memberikannya kolak. Tak lama setelah itu mereka tidak sadar dan sudah berada di rumah sakit.

"Kami dikasih kolak dan langsung tidak sadar. Pas bangun sudah ada di rumah sakit," kata Ahmadi.  

Dari pengakuan sementara, Ahmadi kehilangan dompet berisi uang Rp3 juta. Sementara Tarnoto diperkirakan kehilangan uang Rp 4 juta. "Uang  untuk beli oleh-oleh dan biaya lebaran di kampung," katanya.

Menurut Hermasyah, dokter jaga RS Koja, korban hilang kesadaran karena mengkonsumsi obat penenang jenis Benzodiazepin atau obat jenis psykotropika, yang biasa diberikan kepada pasien penderita depresi.

"Kami beri penawar, berupa vitamin B dan cairan infus," jelasnya. (eh)

Laporan: Arnes Ritonga| Jakarta Utara

Ucapkan Selamat Tinggal, Legenda Skating Jepang Shoma Uno Umumkan Pensiun
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati

BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Panas di Indonesia: Bukan Gelombang Panas

Fenomena cuaca panas yang melanda Indonesia tak dapat dikategorikan sebagai gelombang panas.

img_title
VIVA.co.id
10 Mei 2024