Sumber :
- VIVAnews/ Erick Tanjung
VIVAnews
- Tim penyidik gabungan Polda Metro Jaya dan Polres Bekasi Kota masih menyelidiki kasus penembakan terhadap Fransiscus Refra alias Tito Refra Kei, Jumat 31 Mei 2013 malam. Tito ditembak dari jarak dua meter.
Direktur Reserse Kriminal Umum polda Metro Jaya, Komisaris Besar Toni Harmanto menjelaskan, sejumlah saksi sudah diperiksa untuk mengungkap kasus ini. Termasuk mengidentifikasi pelaku yang diduga memiliki keahlian dalam menembak.
![Halaman Selanjutnya]( "Halaman Selanjutnya")
Baca Juga :
Perkara Es Susu Kurma untuk Buka Puasa Teuku Ryan, Jadi Penyebab Ria Ricis Ajukan Gugatan Cerai?
Direktur Reserse Kriminal Umum polda Metro Jaya, Komisaris Besar Toni Harmanto menjelaskan, sejumlah saksi sudah diperiksa untuk mengungkap kasus ini. Termasuk mengidentifikasi pelaku yang diduga memiliki keahlian dalam menembak.
Keluarga Tito, kata Toni juga belum bisa diminta keterangan terkait kasus yang tengah ditangani oleh Tito yang juga berprofesi sebagai pengacara.
"Kita masih mendalami segala kemungkinan terkait adanya penembakan itu," kata Toni kepada
VIVAnews.
Toni menjelaskan, penyidik telah mendapatkan hasil uji balistik proyektil dan selongsong yang ditemukan di lokasi kejadian. Hasilnya, terdapat kesamaan antara barang bukti yang ditemukan. Artinya, amunisi itu berasal dari satu senjata.
Sebelumnya ada dugaan, jika selongsong sengaja dibuang oleh pelaku untuk mengecohkan petugas. "Senjata yang digunakan diduga senjata pabrikan, jenisnya bisa FN dan Walther. Kaliber peluru berukuran 9 milimeter. Anak pelurunya full metal bukan timah," jelas Toni.
Menurut polisi pelaku penembakan adik kandung Jhon Kei ini memilik keberanian besar, ahli menembak, dan telah mensurvei lokasi sebelumnya. Ratim, pemilik warung kopi juga menjadi korban salah sasaran penembakan pria misterius ini. Pelaku selain mengincar Tito Kei, sebetulnya juga ingin membidik teman Tito, Gery. (umi)
Halaman Selanjutnya
Keluarga Tito, kata Toni juga belum bisa diminta keterangan terkait kasus yang tengah ditangani oleh Tito yang juga berprofesi sebagai pengacara.
