Pengemudi Blu-Jek Cantik Ini Rela Kepanasan

Pengemudi wanita Blu-Jek Fatiha Syafi'i
Sumber :
  • VIVA.co.id/Agus Tri Haryanto
VIVA.co.id
Biaya Logistik RI Paling Mahal di ASEAN
- Ada yang menarik dari ribuan mitra pengemudi Blu-Jek yang resmi beroperasi pada Kamis 17 September 2015. Tak lain, kehadiran kaum hawa yang siap menunggangi kuda besi untuk mengantarkan penumpang.

Kemenhub Kumpulkan Pemangku Kepentingan Transportasi Air

Kehadiran dara cantik bernama Fatiha Syafi'i menjadi pemanis dalam peluncuran Blu-Jek di Three Wise Monkey, Jakarta, Kamis, 17 September 2015. Perusahaan penantang Go-Jek dan GrabBike ini siap melayani penumpang di wilayah Jabodetabek.
Polda Metro Akan Tertibkan Ojek Berbasis Aplikasi Online


Fatiha yang merupakan mahasiswa semester 3 jurusan akuntansi di Universitas Al-Azhar ini, tak sungkan untuk berpanas-panasan dan terhempas debu yang mengusap paras ayunya. Ia rela hal itu terjadi untuk mengemban kegiatan barunya ini.


Fatiha memanfaatkan kekosongan waktu kuliahnya untuk bekerja sebagai pengemudi Blu-Jek dan mengantar penumpang. Perempuan berkerudung ini tak malu dengan profesinya sebagai tukang ojek online.


"Tidak malu. Saya tertarik dengan penghasilannya. Saya ingin dapat menerima order enam kali sehari," ujar dia ditemui
VIVA.co.id
.


Meski baru diluncurkan hari ini, Fatihah yang baru berusia 23 tahun itu punya ekspektasi besar terhadap Blu-Jek. Ia berkeinginan dapat menjalankan profesinya itu dalam jangka waktu yang lama.


"Kalau bisa lama sih, karena potensinya menggiurkan untuk mengisi kegiatan dan kebutuhan sehari-hari," ungkap dia.


Di kesempatan yang sama, Co-founder Blu-Jek, Garret Kartono, mengungkapkan bahwa saat ini pengemudi perempuan yang bergabung angkanya masih minim, bila dibandingkan dengan pengemudi kaum adam.


"Dari 1.000 pengemudi Blu-Jek, rata-rata perempuan itu ada 100 orang. Artinya, baru 10 persen perempuan dan 90 persennya laki-laki," kata dia.


Lebih lanjut, Garrett mengaku saat ini belum ada transaksi yang diperkirakan akan diraupnya dalam satu hari. Namun, mengingat jumlah penduduk di ibu kota ini begitu besar, maka potensi pasar pun semakin besar pula.


"Kalau siang hari penduduk di wilayah Jabodetabek itu ada 20 juta dan 13 juta di malam hari. Maka, untuk memenuhi kebutuhan mobilitas masyarakat tidak bisa ditangani sendiri," jelas dia. (one)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya