- Danar Dono - VIVA.co.id
VIVA.co.id – Amalia Callista alias Amel, bocah yang tewas di peristiwa pembunuhan sadis di Pulomas, Jakarta Timur, sempat mengirimkan pesan singkat ke ibunya sebelum pembunuhan itu terjadi.
Hal itu diungkapkan kakak sepupu Amel, Citra Novianty, di rumah duka di Jalan Rukun
Tetangga, nomor 68, RT10, RW16, Kampung Bulak Tinggi, Bekasi, Jawa Barat.
Citra menceritakan, saat berada di rumah keluarga Dodi Triono, untuk bermain dengan anak Dodi yang bernama Dianita Gemma Dzalfayla, Amel sempat mengirim pesan singkat atau short message service kepada ibundanya.
Dalam SMS tersebut, Amel memberitahukan bahwa Gemma sedang menangis. "Amel SMS bilang 'Bun Gemma menangis', dibalas sama bundanya 'Amel di mana, mengapa Gemma menangis?'. Tapi setelah itu sudah tidak ada balasan," ujar Citra
Sejak saat itu, keluarga kehilangan komunikasi dengan Amel. Berkali-kali keluarga berusaha menghubungi Amel, tapi tak pernah ada yang bisa terhubung.
"Sudah tidak bisa dihubungi, WA juga sudah tidak delivered. Sampai malam bunda SMS Pak Dodi juga tidak enggak aktif, lalu telepon kedua sopir (korban tewas juga) juga sudah tidak bisa dihubungi," kata Citra.
Sampai Selasa siang, ibunda Amel mendapatkan kabar duka dari kerabatnya. Kabar duka tersebut, didapat saat ibunda Amel sedang berada di kantor dan memang kebetulan mau berkunjung ke rumah Dodi untuk mengurus pekerjaan.
"Dapat kabar Selasa saat bundanya di kantor, hari itu bunda memang rencana ketemu Pak Dodi juga," ujarnya.
Amelia dan 10 korban, disekap lebih dari 15 jam di dalam kamar mandi berukuran 2 x 1 meter, hingga akhirnya kekurangan oksigen dan menyebabkan enam orang meninggal dunia.
Reza Indragiri: Kematian Ibu dan Anak di Depok Mirip dengan Kasus Pembunuhan di Pulomas
Kasus kematian ibu dan anak yang ditemukan menjadi kerangka di Depok menyita perhatian banyak kalangan.
