Kesaksian WN Nigeria di Kasus Kematian Mahasiswi Esa Unggul

Mahasiswi Esa Unggul ditemukan tewas di kamar indekos
Sumber :
  • VIVA.co.id/Bayu Nugraha

VIVA.co.id –  Ezeugwu Clivert (31), rekan kos Tri Ari Yani Puspa Ningrum (22) alias Arum, mahasiswa Universitas Esa Unggul yang ditemukan tewas di kamar indekosnya di Kebon Jeruk, Jakarta Barat diperiksa polisi. Dalam kesaksiannya, pria asal Nigeria ini memberikan dua kesaksian penting bagi polisi untuk menentukan pembunuh Arum. 

Kematian Mahasiswi Unram Banyak Kejanggalan, Kuburan Dibongkar

Clivert menempati kamar persis di sebelah kamar Arum di rumah indekos di Jalan H.Asmat Ujung, Komplek Kebon Jeruk, Jakarta Barat.

Pria yang tak memiliki pekerjaan, dan dalam pengawasan UNHCR ini memberikan keterangan berdasarkan apa yang ia lihat dan ia dengar sendiri.

Kasus Kematian Mahasiswi Indonesia di Jerman Ditutup

Kesaksian pertama Clivert mengenai seorang pria dengan luka codet di mukanya yang kelihatan bersama Arum di kamar kosnya antara sekitar pukul 16.50 sampai pukul 17.30 pada Minggu 8 Januari 2017, atau satu hari sebelum Arum ditemukan tewas.

Clivert menceritakan, saat itu ia tengah hendak pergi ke gereja saat melihat pria codet itu bersama Arum sekitar pukul 16.50. Pria itu berada di depan kamar dan Arum di dalam kamar.

Polisi Dapat Ciri Wajah Diduga Pembunuh Mahasiswi Esa Unggul

"Keduanya berbincang seperti dua orang yang saling kenal," kata Clivert ketika ditemui di Polsek Kebon Jeruk, Senin 9 Januari 2017.

Ketika ia pulang dari gereja sekitar pukul 17.30, pria codet itu masih bersama dengan Arum. Selanjutnya Clivert tak tahu kapan pria itu pulang. 

Akan tetapi, Clivert menambahkan, sampai Minggu malam sekitar pukul 21.00, Arum diketahui masih hidup. Sebab dia masih mendengar wanita yang memakai hijab ini  berbicara dengan pemilik kos untuk mempertanyakan soal perbaikan atap kamarnya yang bocor. 

Kemudian, kesaksian kedua Clivert yang jadi petunjuk polisi adalah soal dua suara perempuan di dalam kamar, setengah jam sebelum Arum ditemukan terbunuh pada Senin pagi.

Pagi itu Clivert masih antara sadar dan tidak. Dia masih mengantuk, tapi terbangun lantaran di telepon pacarnya, sekitar pukul 07.17 WIB. Begitu ia menutup telepon, ia mendengar ada dua suara perempuan di kamar korban.  "Satu suara terdengar tinggi dan satu suara lagi terdengar rendah," ujar Clivert. 

Tapi Clivert menyebut ia setengah sadar saat mendengarkan suara itu. Jadi ia tak tahu apakah itu benar-benar dua suara perempuan atau bukan. Namun Clivert memilih mengambil kesimpulan bahwa itu dua suara perempuan yang sedang cekcok. 

Usai suara ribut-ribut itu, Clivert menyebut ada seorang perempuan naik ke kamar, mengetuk pintu, membuka pintu, lalu ke luar dari kamar sambil menelepon. 

Clivert menyebut perempuan itu seperti sedang meminta pertolongan. Dia melihat kejadian itu dari jendela kamarnya.

Perempuan yang dilihat Clivert belakangan diketahui Hernita Amaliah (21), rekan kerja korban yang tinggal tak jauh dari rumah kos itu. 

Tetapi, kesaksian Clivert berbeda dengan Hernita. Menurut Hernita, bukan dia yang datang pertama kali ke kos. Tapi Zainal Abidin, pacar korban. Hernita mengatakan, Zainal datang, lalu menghubungi Hernita begitu melihat pacarnya sudah tewas. Ia mengaku baru pergi ke kamar kos Arum yang jaraknya dekat dari rumahnya. 

Setelah itu, Arum yang dikira masih hidup dibawa oleh pacarnya, Hernita dan rekan kerja lainnya memakai mobil kantor. Clivert ikut membantu mengangkat Arum saat hendak dibawa pergi.

Seperti diketahui, Arum ditemukan tewas tadi pagi sekitar pukul 09.00 WIB di kamar kosnya, Jalan Kebon Jeruk RT 8 RW 11, Kelurahan Kebon Jeruk, Jakarta Barat. Arum sempat dibawa ke RS Siloam, tapi nyawanya tak terselamatkan. Arum ditemukan di kamar mandi kosannya dengan luka tusuk di bagian leher.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya