Polisi Tak Mau Gegabah Ungkap Pemesan Jasa Saracen

Diskusi Warung Daun soal grup penebar informasi kebencian Saracen.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Dinia Andrianjara

VIVA.co.id – Polisi terus menyelidiki bukti digital yang diperoleh dari berbagai alat yang disita dari kelompok penyebar ujaran kebencian, Saracen. Hingga kini, kepolisian telah membongkar data sebesar 25 gigabyte, sedangkan masih ada sekitar 90-an gigabyte yang belum diselidiki.

Wapres Sebut Pembangunan Negara di ASEAN Terhambat sebab Konflik
Analis Kebijakan Madya Bidang Penmas Divisi Humas Polri, Kombes Sulistyo Pudjo mengatakan, dari proses penyelidikan tersebut polisi berusaha untuk tidak gegabah dalam menentukan siapa saja orang yang ada di dalam bukti digital. Sebab, asas praduga tak bersalah harus dikedepankan.
 
PSI Minta Usut Oknum Lurah yang Mainkan Isu SARA di Pilkada Tangsel
"Nama itu kan ada, bahkan sebagian besar sudah beredar di medsos. Itu kami tidak bisa langsung one side dari digital. Kami harus cek kepada yang bersangkutan maupun kepada orang-orang di dalam info digital tersebut," kata Pudjo di Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu, 26 Agustus 2017.
 
Ada Pembina Ajarkan Yel-yel SARA, Ketua Kwarcab Gunungkidul Minta Maaf
Pudjo menjelaskan, orang-orang yang disebutkan dalam jaringan tersebut seperti pembina maupun penasihat dan lain sebagainya akan dipanggil, untuk dicocokkan apakah posisi tersebut benar sesuai dengan jaringan yang ada.
 
Selain itu, Pudjo mengatakan bahwa Saracen merupakan sebuah jaringan besar yang terdiri atas inti, pendukung, dan pengikut yang secara umum terlibat dalam Saracen dan grup lainnya. Dengan total akun mencapai 800 ribu, kelompok tersebut memanfaatkan para pengikutnya untuk melipatgandakan jumlah akun dan pergerakannya.
 
"Mereka menyatakan sendiri langsung membuat sekitar 2.000 akun. Berarti ada akun yang dibuat oleh followers masing-masing. Tentu saja mereka mengaku untuk dapat followers dengan cepat, mereka hijack (bajak) akun orang-orang," ucap Pudjo.
 
Menurutnya, dari data yang sedemikian besar tersebut, polisi harus ekstra hati-hati dalam melakukan penyidikan dan menentukan siapa saja orang-orang yang memesan atau menggunakan jasa ujaran kebencian tersebut.
 
"Bisa jadi tangan keempat, kelima, kan seperti itu. Itu yang tidak bisa langsung kami ungkap karena faktor kehati-hatian," ujarnya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya