JK Ungkap Sepak Terjang Sofjan Wanandi

Acara bedah buku
Sumber :
  • VIVA.co.id/Edwin Firdaus

VIVA – Wakil Presiden RI Jusuf Kalla (JK) menyempatkan diri untuk menghadiri acara bedah buku "Sofjan Wanandi dan Tujuh Presiden" yang ditulis seorang wartawan, Robert Adhi Ksp di Ballroom Hotel JS Luwansa, Kuningan, Jakarta Selatan, Rabu, 23 Mei 2018.

JK Sebut Penundaan Pemilu Langgar Konstitusi

Buku ini diulas dalam 15 bab, yang mengulas cukup tuntas perjalanan masa kecil Sofyan, masa kuliah, seorang aktivis, kemudian menjadi seorang politikus, sampai banting setir menjadi pebisnis yang kritis.

Dalam sambutannya, Wapres JK menyebut Sofjan adalah sosok yang memiliki jaringan yang sangat luas. Selain itu, Sofjan dikenal dan mengenal semua duta besar yang bertugas di Indonesia. Bahkan, JK sampai menjuluki Sofjan sebagai "Ketua Korps Diplomat".

Kata Jusuf Kalla Soal Kabar Cak Imin-Anies Masuk Bursa Pilpres 2024

Di sisi ekonomi, Sofjan di mata JK juga merupakan orang yang matang. Namun, tetap kritis sebagaimana seseorang aktivis. "Pandangan ekonominya bagaimana pengusaha tetap menjalankan usaha baik tapi tidak lupa kewajiban sosial," kata JK.

Pada bagian pengantar buku bahkan JK menilai, Sofjan Wanandi dan Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) merupakan pihak pengusaha yang mengusulkan dia sebagai calon wakil presiden dalam Pilpres 2004 dan 2014.

Saat Jusuf Kalla Cerita ke Gus Miftah Tentang Kisah Inspiratifnya

Menurut JK, Sofjan tak hanya sekedar mengusulkan tapi juga mengajak para pengusaha di Apindo mendukung JK dan pasangan capresnya.

Sofjan Wanandi.

Buku Sofjan Wanandi sejatinya juga banyak mengulas soal aktivitasnya di PMKRI dan KAMI pasca peristiwa 30 Sep ‘65. Kemudian, mengulas juga perjuangan Sofjan bersama para aktivis lainnya masuk ke parlemen, sebagai anggota DPR.

Selain itu, dalam buku tersebut juga mengulas bagaimana Sofjan mendirikan Pakatri Yoga, membantu bisnis Yayasan Kostrad, mendirikan Yayasan Prasetiya, sampai mengenai kisah mulai terasingnya Sofjan pada rezim Soeharto.

Bagaimana sepak terjangnya di era presiden BJ Habibie, Gus Dur, Megawati, SBY sampai Joko Widodo, juga diulas cukup panjang.

Penutup buku sendiri diserahkan kepada Jusuf Wanandi, yang tak lain merupakan abang kandung Sofjan Wanandi. Jusuf secara terang menceritakan sang adik yang tumbuh menjadi tokoh pemuda yang berani, dan memiliki bakat bisnis yang cemerlang.

Buku ini pun mengungkap kalau Jusuf dan Sofjan sejak kecil sering mendengarkan orang "mengatur dunia" dari kedai kopi, mengupas persoalan nasional dan internasional.

Di kesempatan bedah buku, Wapres JK juga menceritakan saat dirinya mengajak Sofjan Wanandi untuk membantu dirinya di pemerintahan, sebagai Tim Ahli Wapres.

Sofjan mau menerima tawarannya, dengan syarat ia tidak terima gaji dan fasilitas negara. Namun, menurut Wapres, walau berada di lingkaran pemerintahan, Sofjan tetap saja kritis meski tidak selantang seperti dulu mengingat posisinya saat ini. "Kalau tidak mengritik bukan Sofjan," kata Wapres JK. 

Di akhir sambutannya, Wapres menekankan pengalaman merupakan guru yang terbaik, dan buku ini diharapkan memberikan pelajaran yang baik karena berasal dari pengalaman Sofjan yang dinilai Wapres bersumbangsih bagi pembangunan Indonesia.

"Penting memberi sumbangsih baik untuk kepentingan negeri ini. Jadi hidup ini bermakna dan bermanfaat bagi orang lain." (mus) 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya