Arkeolog Sebut Temuan Candi Mataram Kuno Semarang Istimewa

Eskavasi candi duduhan era Mataram Kuno di Semarang
Sumber :

VIVA – Para peneliti dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional, serta Pusat Penelitian Prancis untuk Asia Timur, menganggap temuan Candi Mataram Kuno di Kampung Duduhan, kecamatan Mijen, Kota Semarang, menjadi situs istimewa.

Geger, Situs Candi Boto Tumpang Ditemukan Warga di Kendal

Situs yang kali kedua dieskavasi tersebut, dianggap menjadi temuan situs candi terlengkap yang pertama kali ada di Kota Semarang. Eskavasi dan penggalian telah dilakukan para arkeolog pada 2015 silam. Kala itu, mereka menemukan bentuk candi induk berukuran 9x9 meter.

Saat ini, arkeolog kembali melakukan eskavasi lanjutan dan menemukan tiga buah candi Perwara. Bentuk candi Hindu pelengkap menyerupai atap tumpul berukuran masing-masing 5x4 meter.

Candi Hindu Tercantik di Dunia Ada di Indonesia

Agustijanto selaku koordinator Pusat Penelitian Arkeologi Nasional menyebut, temuan situs di kebun durian warga milik Sutopo di kampung Duduhan Mijen itu sangat istimewa. Candi yang dipastikan peninggalan Mataram Kuno abad ke-9 itu semakin menunjukkan adanya peradaban tua sekitar pesisir utara Semarang.

"Ini penting, karena Kota Semarang belum ada candi utuh dan besar. Jadi, ini sudah cukup istimewa di Semarang, dengan candi induk dan tiga candi yang utuh," kata Agustijanto di sela melakukan eskavasi, Jumat 3 Agustus 2018.

Menyatunya Cinta Hindu-Buddha di Candi Plaosan

Temuan keduanya berupa tiga bangunan candi perwara, Agus menjelaskan, juga menjadi hasil menggembirakan bagi timnya. Sebab, temuan tiga candi perwara itu jadi simbol gerbang masuk ke dalam bangunan candi induknya.

Dari data yang ia kumpulkan sejak 2015, situs candi yang ia temukan punya karakteristik bangunan Shiwaistik. Sesuai penanggalannya, situs itu sudah ada sejak Abad ke-IX.

"Karena ada temuan tempat persajian. Yang bentuknya semacam batu persajian. Itulah corak candi Hindu. Data kita semakin menguat, karena di lokasi yang sama ada arca Ganesha yang sekarang disimpan di Ronggowarsito," terangnya.

Eskavasi kedua terhadap tiga candi baru itu, terang Agus, berlangsung sejak 25 Juli hingga 5 Agustus 2018 mendatang. Penggalian batu bata itu dilakukan enam lapis secara manual dengan penuh kehati-hatian.

Selain menggali tiga candi baru, para peneliti juga masih mencari keberadaan benteng atau pagar candi di sekitarnya. "Nanti, kita kasih laporan ke Pemda dan BPCB, apakah candi ini mau dibuka atau gimana. Kita hanya melaporkan, " katanya.

Sutopo, selaku pemililk lahan menyebut, awal mula keberadaan candi di pekarangannya saat kakeknya menemukan seonggok batu arca berwujud Dewa Ganesha. Arca tersebut, kemudian disimpan di Museum Ronggowarsito Semarang, setelah melalui proses panjang.

Kakek 66 tahun itu mengaku masih mengingat betul, detail bentuk arca yang ditemukan kakeknya. Wujudnya, kala itu masih utuh. Tak banyak warga yang tahu ihwal penemuan arca tersebut. Namun, ia menduga bahwa di dalam lahan yang ditumbuhi durian itu terdapat situs candi cukup besar.

"Tahu-tahu siang atau malam seingat saya, si mbah menunjukkan arca itu kepada orang-orang di rumah. Setelah itu, atas inisiatif beberapa warga dan dinas terkait lalu diputuskan untuk ditaruh saja ke museum. Mereka bilang biar terawat," katanya.

Karenanya, Sutopo tak heran jika pada 2015 dan 2018 ini tim arkeolog berinisiatif melakukan penggalian di kebunnya. Ia menyebut, temuan tiga candi Perwara berada di kebun milik tetangganya yakni Asmui dan Endang. Lokasinya memang di samping candi induk milik lahan Sutopo.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya