Aksi Kivlan Zein Berapi-api Bela Pemutaran Film G30S/PKI

Kivlan Zen vs Bejo Untung
Sumber :

VIVA – Mantan Kepala Staf Kostrad Mayjen (Purn) TNI Kivlan Zein bersikukuh agar film Penghianatan G30S PKI, harus diputar. Bahkan, ia terlibat debat panas dengan Kristian Erdianto Bejo Untung, Pimpinan Yayasan Penelitian Korban Pembunuhan (YPKP) 1965.

Hakim Tolak Gugatan Rp1,1 Triliun Kivlan Zen ke Wiranto

Perdebatan itu, terjadi dalam program Kabar Petang tvOne, Kamis 27 September 2018. Di akun tvOneNews di YouTube, yang kembali menayangkan cuplikan debat itu, sudah lebih dari dua ribu komentar dan ditonton 75.536 ribu.

Awalnya, Kivlan menjelaskan terkait polemik pemutaran kembali film G30S PKI. Ia menjelaskan, bahwa PKI dulu sangat kejam. Dia membantah keras berbagai tudingan, kalau pembunuhan jenderal oleh PKI didalangi oleh Angkatan Darat (AD).

Kivlan Zen Terbukti Miliki Senjata Api dan Amunisi Ilegal

Kivlan menegaskan, pembunuhan terhadap para pahlawan revolusi itu, dirancang oleh Ketua Commite Central (CC) PKI Dipa Nusantara Aidit. Persoalannya, karena para jenderal itu tidak ingin ada angkatan kelima yang diusulkan PKI. Dikhawatirkan, nanti angkatan ini akan menyaingi TNI dan Polri.

"Bahwa komunis itu militan dan berusaha mengkudeta melalui pemilu," kata Kivlan.

Kivlan Zen Divonis 4 Bulan 15 Hari Penjara

Ia juga menjelaskan, PKI ingin mengubah struktur negara menjadi paham komunisme. Ia melihat, militansi PKI itu benar, dan kini mulai bangkit lagi. Maka, kata Kivlan, penting film G30S PKI diputar kembali.

"Maka dengan demikian, haruslah diputar lagi (film G30S PKI)," kata Kivlan.

Sementara Bejo Untung, membantah semua yang dijelaskan oleh Kivlan. Dia mengaku, peristiwa di tahun 1965 tidak seperti yang digambarkan dalam film G30S PKI. Lebih banyak kebohongan yang diangkat, dibanding fakta.

"Saya berpendapat, film yang katanya penghianatan G30S PKI itu bersumber dari hoax," kata Bejo Untung.

Dia justru melihat, bahwa sebenarnya yang terjadi adalah kebalikan dari film itu. Pembunuhan para jenderal itu, menurutnya bukan didalangi oleh PKI, seperti yang digambarkan dalam film tersebut. Sehingga, pasca 53 tahun peristiwa berdarah itu, tidak perlu lagi menurutnya film yang rutin diputar sejak Orde Baru itu, diputar.

"Karena itu apabila pada 53 tahun sesudahnya itu masih pemutaran film hoax, ini sama saja ingin memutar balikkan sejarah dan itu melanggenggkan kebohongan," tegas Bejo Untung.

Dia malah menuding balik, bahwa peristiwa penculikan para jenderal yang mengakibatkan terbunuhnya 7 jenderal, adalah atas perintah TNI Angkatan Darat sendiri. 

"Pembunuhan jenderal itu sudah di rekayasa, bukan PKI yang membunuh tapi Angkatan Darat," katanya. 

Malah, lanjut dia, PKI yang justru menjadi korban. Dengan banyaknya pembantaian terhadap para pengukut partai itu. Bejo mengaku, korban hingga jutaan, dan ia juga mengatakan memiliki beberapa titik lokasi kuburan massal.

Film yang hendak diputar, menurutnya tidak mendidik. Banyak sejarah yang menurut dia, tidak benar. Termasuk, soal pemberontakan PKI di Madiun pada 1948.

"Dikatakan PKI membantai ulama itu tidak benar," katanya. Ia mengaku, saat itu hanya sebuah peristiwa atau affair. Karena untuk membela diri.

Dia menuding penculikan hingga pembunuhan para jenderal pada 30 September 1965 adalah internal Angkatan Darat, karena ada dokumen Amerika Serkiat yang menyebutkan demikian. Ingin menggulingkan Presiden Soekarno dalam waktu yang singkat. 

Setelah itu, lanjut Bejo Untung, CIA (dinas rahasia AS) memasok senjata dan alat-alat komunikasi ke TNI AD. Itu semua, dilakukan dalam rangka mempercepat penghancuran terhadap PKI. Karena AS ingin agar komunis ditumpas, sehingga paham mereka bisa masuk ke Indonesia.

"Setelah digulingkannya Soekarno, maka Freeport adalah hadiah dari AS," katanya.

Bejo juga beralasan kenapa ada peran AD dalam peristiwa tersebut. Ia mengatakan, sebelum aksi, Kolonel Latief sempat menemui Soeharto yang kala itu menjabat Pangkostrad, di RSPAD. Bejo mengatakan, saat itu meminta restu.

Pada 30 September 1965 pagi hari, lanjut dia, Soeharto menggelar apel siaga dengan kekuatan penuh. Artinya, jelas dia, akan ada sesuatu yang dilakukan oleh AD. 

"Jadi sebetulnya Soeharto paling bertangungjawab, dan layak untuk dikatakan bahwa G30S PKI  bukan PKI dalangnya. Dalangnya adalah Soeharto dan AD," katanya.

Sontak, tuduhan itu langsung disanggah oleh Kivlan. Ia yang sedari tadi terlihat sudah tidak sabar mendengar tudingan dari Bejo Untung, langsung menyanggahnya dengan menyebut Bejo telah membuat propaganda yang tidak benar.

"Saya akan terang padamu, you dengar," tagas Kivlan.

Ia menjelaskan, bahwa tudingan kalau pembunuhan jenderal adalah didalangi AD, tidak benar. Alasannya, ada dari TNI Angkatan Udara juga seperti Mayor Suyono dan Dul Arif, serta Supardi. Lalu, pimpinanya adalah Cakrabirawa, pasukan pengawal Presiden.

Kivlan kembali menceritakan kronologi keterlibatan PKI itu. Pertemuan Letkol Untung dengan DN Aidit pada jam 10 malam tanggal 30 September 1965. Lalu di Jatinegara. Semua kronologi yang ada dan ditayangkan itu, jelas Kivlan, adalah hasil sidang Mahkamah Militer Luar Biasa (Mahmilub).

Di situlah terbongkar, jelasnya, peran PKI dalam upaya penculikan. Hal itu dilakukan, karena Bung Karno selaku Presiden dan pemimpin besar revolusi, tidak menyetujui adanya angkatan kelima dengan mempersenjatai buruh dan petani, dan sejumlah organisasi underbow PKI.

"Untuk Pemuda Rakyat, Gerwani, Ikatan Pemuda Pelajar Indonesia yang kamu anggotanya, kemudian dipersaenjatai untuk angkatan kelima dan angkatan kelima menyaingi AD, AL, AU dan Polisi, ini pertemuannya fakta data hasil sidang," jelas Kivlan.

Maka, alasan Bejo Untung bahwa dalang itu AD, menurutnya justru kabar bohong saja. "Jadi, ini kamu itu hoax berbicara tidak benar," tegas Kivlan.

Peristiwa Madiun 1948 yang disebut bukan pembantaian ulama, juga dibantah Kivlan. Ia menegaskan, yang justru mengakui itu adalah dua tokoh PKI yaitu Muso dan Aidit sendiri. Maka situasi sekarang, ada keinginan PKI bangkit. Sehingga perlu untuk film itu diputar lagi.

"Karena kamu orang komunis. Kita akan berhadapan," kata kivlan.

Ia menilai, saat ini PKI mulai bangkit. Salah satu cara yang dilihat Kivlan, melalui forum forum simposium. Termasuk, dengan mengajukan ke peradilan people tribunal beberapa waktu lalu, dan aksi-aksi Kamisan di depan Istana.

"Maka itu film ini perlu diputar kembali karena faktanya kalian sudah bangkit kembali," tegasnya.

Kivlan tidak memberi celah kepada Bejo Untung, untuk membalas. Ia dengan suara yang sedikit tinggi, kembali mengatakan bahwa pernyataan Bejo tersebut dengan menuding AD dibalik penculikan para jenderal itu, adalah hoax. 

Selama ini, kata Kivlan, upaya-upaya terus dilakukan oleh Bejo dan kawan-kawannya untuk membangkitkan PKI. Termasuk, meminta bantuan Presiden Jokowi.

"Minta dukungan pada Presiden Jokowi supaya minta maaf, tapi Jokowi tidak mau, jadi kalian maksa Jokowi supaya mendukung kalian," katanya. (ren)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya