Bikin Jet Tempur Bareng Korsel, RI Mau Biaya yang Murah

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Aprillio Akbar

VIVA - Presiden Joko Widodo memutuskan untuk renegosiasi kerja sama pembuatan pesawat jet tempur Korean Fighter Xperiment/Indonesia Fighter Xperiment (KF-X/IF-X) yang dilakukan dengan Republik Korea (Korea Selatan).

Intip Kecangihan Jet Tempur Sukhoi SU 35 Rusia yang akan Dikirimkan ke Iran

Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Wiranto, mengatakan renegosiasi kerja sama yang diinisiasi pada 2009 itu dilakukan dengan pertimbangan kondisi ekonomi saat ini.

"Dengan kondisi ekonomi nasional, presiden telah memutuskan bukan untuk membatalkan, tapi merenegosiasikan," ujar Wiranto dalam konferensi pers di Kementerian Koordinator Bidang Polhukam, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta, Jumat, 19 Oktober 2018.

Israel Mau Balas Dendam ke Iran, Rusia Pasang Badan Kirim Jet Tempur Canggih

Wiranto menyampaikan, renegosiasi utamanya dilakukan dalam aspek pembagian pembiayaan antara dua negara dalam pembuatan pesawat jet tempur. Indonesia ingin porsi pembiayaan yang lebih rendah.

"Kita negosiasikan ulang bagaimana posisi Indonesia, supaya bisa lebih ringan untuk masalah-masalah yang menyangkut pembiayaan," ujar Wiranto.

5 Negara dengan Angkatan Udara Terkuat di Dunia Tahun 2024, Indonesia Gak Termasuk?

Menurut mantan Panglima ABRI ini, perubahan dalam aspek utama itu akan memberi dampak juga berupa perubahan terhadap aspek-aspek lain dari kerja sama. Aspek itu contohnya porsi alih teknologi ke Indonesia, hak atas kekayaan intelektual (HaKI), hingga pemasaran dari jet tempur setelah rampung diproduksi bersama.

"Tidak hanya skema pembiayaan (aspek yang direnegosiasi). Tapi (perubahan) dari pembiayaan itu akan berdampak ke yang lain," ujar Wiranto.

Ada pun, renegosiasi dilakukan dengan meninjau ulang klausul-klausul kerja sama antara Indonesia-Korea Selatan. Wiranto menargetkan proses renegosiasi yang dilakukan oleh tim khusus yang ia pimpin bisa tuntas maksimal satu tahun dari saat ini.

"Ini (renegosiasi) butuh waktu setahun. Tetapi mudah-mudahan ya tidak sampai setahun bisa kita selesaikan," ujar Wiranto.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya