Logo timesindonesia

Fatwa Hari Kiamat, Santri Meminta Keluarganya Tenang

Kapolres Batu AKBP Budi Hermanto Sik MSi saat berdialog dengan para santri. (Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Kapolres Batu AKBP Budi Hermanto Sik MSi saat berdialog dengan para santri. (Muhammad Dhani Rahman/TIMES Indonesia)
Sumber :
  • timesindonesia

Di depan kamera video, seorang santri Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin, Dusun Pulosari, Desa Sukosari, Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang menitipkan pesan untuk keluarganya di Ponorogo agar tenang, karena kondisinya di Pondok Pesantren baik-baik saja. Hal itu disampaikan setelah marak isu fatwa Hari Kiamat.

“Yang di rumah tenang ya, saya dan keluarga di sini sehat, tidak ada kekurangan apa pun. Di sini kerasan, mencari ilmu dan mencari ridlo Allah SWT, semoga warga Ponorogo semua sehat dan selamat sejahtera,” ujar salah satu santri, di depan Kapolres Batu, AKBP Budi Hermato SIK MSi yang berjalan keliling Pondok Pesantren yang sempat viral karena informasi Fatwa Kiamat yang beredar di media sosial ini.

Dalam kunjungannya, Kapolres Batu melihat langsung seluruh aktifitas di Pondok Pesantren yang ada di Dusun Pulosari ini. Dusun ini berada di perbatasan Kecamatan Kasembon, Kabupaten Malang dengan Kecamatan Kandangan, Kabupaten Kediri.

Dari arah Malang, Ponpes ini berada sebelum gapura perbatasan. Saat masuk desa, suasana Pondok Pesantren sudah terlihat, karena dipinggir jalan desa, Pondok Pesantren ini memiliki lapangan sepak bola yang dilengkapi dengan beberapa kandang kuda.

Dengan ditemani Pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Falahil Mubtadiin, KH Ramli Soleh Syaifuddin, kapolres berkeliling pondok, dimulai dengan menemui Katimun, warga Ponorogo yang datang ke Pondok Pesantren ini bersama dengan puluhan orang lainnya.

“Bisa Pak Katimun jelaskan langsung, karena mungkin ada yang salah persepsi, hingga kedatangan Bapak ke sini terkesan ada hasutan atau paksaan,” ujar kapolres kepada Katimun. Laki-laki yang menjadi pengurus pengajian di Ponorogo ini membantah kalau kedatangannya karena paksaan.

“Saya mendapat isyara dari almarhum Soleh syaifuddin itu di suruh ke sini, kebetulan disini ada pondok tiga bulan, akhirnya saya ikut, karena saya punya jamaah di Ponorogo akhirnya saya pamitan, ternyata mereka ikut juga, saya tidak mengajak, mereka ikut sendiri, datangnya secara bertahap menyusul-menyusul begitu,” kata Katimun.