Logo BBC

Kecemasan Warga Dayak Paser Saat Ibu Kota Pindah ke Kalimantan Timur

Penajam Paser Utara dihuni komunitas Dayak Paser, transmigran asal Jawa Tengah, dan para pekerja perkebunan sawit. - REUTERS/Willy Kurniawan
Penajam Paser Utara dihuni komunitas Dayak Paser, transmigran asal Jawa Tengah, dan para pekerja perkebunan sawit. - REUTERS/Willy Kurniawan
Sumber :
  • bbc

Warga adat Dayak Paser di Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU), cemas lahan yang mereka tinggali secara turun-temurun bakal tergusur ibu kota baru yang ditargetkan menampung 1,5 juta orang.

Setidaknya terdapat empat desa komunitas adat Dayak Paser di wilayah yang ditunjuk Presiden Joko Widodo menjadi pusat pemerintahan baru.

Terdapat pula 13 wilayah adat di sekitar ibu kota baru yang akan berpusat di Kecamatan Sepaku, PPU; dan Kecamatan Samboja, Kutai Kertanegara, merujuk pemetaan Aliansi Masyarakat Adat Nusantara.

Namun pemerintah membantah bakal menggusur wilayah adat. Mereka berjanji memasukkan kepentingan warga Dayak Paser dalam rencana besar pemindahan ibu kota.

Nada suara Sabukdin tak bergairah saat membincangkan wacana ibu kota baru. Kepala Adat Paser di Sepaku ini mengaku terlanjur memendam antipati pada beragam program bertajuk pembangunan dan perekonomian.

Ibu kota baru, menurut Sabukdin, tak akan berbeda dengan alih fungsi hutan demi perkebunan kelapa sawit dan pengolahan kayu.

Baca juga: Telepon dan Internet di Ibu Kota Baru Dijamin Bakal Lancar Jaya

Artinya, kata dia, warga Dayak Paser kembali berpotensi kehilangan hutan yang menjadi sumber penghidupan mereka, dari pangan, papan, hingga persembahan untuk ritual sakral adat.

"Saya waswas kalau ibu kota benar dipindah ke sini, kecuali pemerintah menjamin tatanan adat, situs dan hak-hak kami tidak punah," ujar Sabukdin kepada BBC News Indonesia, Kamis (07/09).