Logo BBC

Joki Cilik di NTB Tewas: Tuduhan Eksploitasi Anak atas Nama Tradisi

Seorang anak menunggangi seekor kuda dalam pacuan di di Festival Moyo, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 2015 lalu. - Ulet Ifansasti/Getty Images
Seorang anak menunggangi seekor kuda dalam pacuan di di Festival Moyo, Pulau Sumbawa, Nusa Tenggara Barat, 2015 lalu. - Ulet Ifansasti/Getty Images
Sumber :
  • bbc

Seorang joki anak di Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), tewas saat mengikuti lomba pacuan kuda, pertengahan Oktober lalu.

Peristiwa ini mendorong para pegiat perlindungan anak untuk menyuarakan penghentian praktik pelibatan anak-anak sebagai joki dalam pacuan kuda di NTB. Di sisi lain, pemerintah dan sebagian masyarakat setempat kerap menempatkan aktivitas joki cilik sebagai warisan budaya nenek moyang.

M. Sabila Putra jatuh tersungkur setelah kehilangan kendali tali kekang kuda saat mengikuti pacuan kuda tradisonal Sambi Na`e di Kota Bima, Nusa Tenggara Barat, Senin (14/10). Saat terjatuh, tubuh mungil bocah 10 tahun itu sempat tertindih kuda. Kepalanya terluka parah.

Sabila menemui ajal saat menjalani perawatan di rumah sakit. Kematiannya menjadi catatan hitam dalam ajang lomba pacuan kuda dengan joki anak yang memperebutkan piala Wali Kota Bima pada acara Hari Jadi TNI ke-74.

Samsul, ayah Sabila, mengenang anaknya dengan wajah lesu. Petani dari Desa Roka ini mengaku, Sabila mulai belajar penunggang kuda sejak tahun ini atas kemauan sendiri.

Dilatih pamannya seminggu dua kali, Sabila terkadang mengorbankan waktu bersekolah.

"Prestasinya bagus di sekolah. Kadang-kadang kalau dia ikut pacuan, dia lapor ke sekolah. Jadi minta izin sama bapak kepala sekolah," kata Samsul kepada wartawan di Bima, Akhyar M Nur, yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.

Sabila sudah mengikuti lomba pacuan kuda sampai lima kali tahun ini. Kata Samsul, tiap kali pacuan, Sabila bisa mendapatkan uang jasa sebagai joki "sekitar Rp6 juta".