Kisah Satu Keluarga di Turki Dihukum Mati karena Belajar Alquran

Ilustrasi penghafal Alquran.
Sumber :
  • U-Report

VIVAnews - President of Hayrat Foundation perwakilan Turki di Indonesia, Cemal Sahin, mengungkapkan fakta tentang kondisi Turki selama menjadi negara sekuler. Dia mengatakan bahwa saat itu, Turki justru dalam kondisi tidak baik.

Aturan Baru, Arab Saudi Izinkan Semua Jenis Visa Bisa Ibadah Umrah

"Turki, semakin sekuler semakin miskin, semakin lemah, semakin diktator," kata Cemal saat menjadi pembicara dalam acara "2nd International Conference on Social Science (ICSS) 2019" yang digelar di Gedung FISIP Universitas Muhammadiyah Jakarta, Selasa, 5 November 2019.

Acara yang diikuti ratusan dosen dari berbagai kampus di Indonesia itu digelar selama dua hari, yakni 5-6 November 2019. Selain Cemal, pembicara lainnya dalam acara ini adalah peneliti senior Pusat Penelitian Politik LIPI Siti Zuhro dan Profesor Universiti Sultan Zaenal Abidin, Kuala Trengganu Malaysia (UNISZA) Datuk Yahaya  Ibrahim.

PKB Perkuat Politik Islam dalam Pemerintahan Prabowo-Gibran, Menurut Pengamat

Hadir dalam acara ini Rektor UMJ Syaiful Bakhri, Wakil Rektor UMJ Endang Sulastri, dan Dekan FISIP UMJ Ma'mun Murod. Sementara itu hadir sebagai Keynote Speaker, Wakil Ketua MPR Arsul Sani.

Cemal menuturkan Turki menjadi negara sekuler dimulai sejak kepemimpinan Mustafa Kemal Ataturk yang menjabat sebagai presiden pertama Turki pada 1923 hingga kematiannya pada tahun 1938. Ia yang juga merupakan pendiri Republik Turki itu berhasil membangun Turki dalam sekularisme secara besar-besaran. Dia juga pernah menjabat sebagai perdana menteri pertama di 1920-1921.

Mengenal Agama Sikh, Keyakinan yang Dianut Bunga Zainal dan Anak-anaknya

"Selama memimpin Turki, Mustafa Kemal Ataturk membubarkan kesultanan dan kekhilafahan di Turki. Sebab menurutnya yang menyebabkan ketertinggalan umat Islam, adalah Islam itu sendiri. Ia juga menutup sekolah-sekolah Islam di Turki," katanya.

Pada tahun 1925, lanjut Cemal, Kemal Ataturk mewajibkan masyarakat Turki untuk memakai pakaian Eropa. Anggapannya karena kiblat kemajuan Turki adalah Barat. Kemudian, pada 1927, Turki jadi negara sekuler. Lalu pada 1928, huruf Arab dilarang di Turki dan pada 1929, belajar Alquran dilarang.

"Siapa yang mengajar Alquran akan dihukum mati," katanya.

Cemal mengisahkan saat aturan itu berlaku, ada seorang nenek tua yang mengajarkan Alquran kepada cucunya. Hal itu terdengar oleh pemerintah pusat.

"Seorang ibu di timur Turki, mengajarkan Alquran kepada cucunya. Ketika pemerintah datang, dia sudah meninggal, karena usianya memang sudah tua, tapi ternyata keluarganya dihukum mati juga," katanya.

Tidak berhenti di sana, Cemal mengatakan bahwa pada tahun 1930, azan dilarang. Menurutnya semua itu dilakukan untuk memajukan Turki. Padahal faktanya, di saat sekuler, Turki lemah dan miskin.

Dia menambahkan kondisi itu berlangsung sampai sekitar 70 tahun. Setelah tahun 80-an, aturan-aturan buatan Mustafa Kemal Ataturk perlahan dicabut dan saat ini di bawah kepemimpinan Erdogan yang sangat Islami, Turki mengalami kemajuan pesat dan luar biasa.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya