Dolar AS Tembus Rp16.273, Pasar Keuangan Panik karena Wabah Corona

Pekerja menunjukkan uang Rupiah dan Dolar Amerika Serikat di sebuah tempat penukaran uang di Jakarta.
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay

VIVA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat terus melemah hingga di atas Rp16.200 per dolar AS. Pelemahan ini bukan disebabkan fundamental ekonomi Indonesia yang lemah, melainkan karena kepanikan pasar keuangan terhadap wabah virus corona (Covid-19).

Indonesia dan UEA Sepakat Tinggalkan Dolar AS Dalam Transaksi Bilateral

Berdasarkan data Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia, hari ini, Jumat, 20 Maret 2020, rupiah rata-rata diperdagangkan di level Rp16.273 per dolar AS. Melemah 3,57 persen dari rata-rata perdagangan kemarin, Kamis, 19 Maret 2020 di posisi Rp15.712 per dolar AS.

Sementara itu, di pasar spot, perdagangan rupiah berada di kisaran Rp16.037 per dolar AS. Melemah sekitar 0,79 persen dari penutupan perdagangan kemarin di posisi Rp15.912 per dolar AS dan diperkirakan masih akan terus mengalami pelemahan.

Nilai Tukar Rupiah Melemah Bikin Harga Motor Yamaha Ikut Naik?

"Rupiah saat ini (10.13 WIB) sudah menyentuh level 16.035. Ini level kunci dan akan terus melemah sambil menunggu informasi virus corona," kata Direktur PT. TRFX Garuda Berjangka, Ibrahim, melalui pesan singkat, hari ini.

Dia pun menegaskan, pelemahan rupiah yang cukup dalam itu lebih disebabkan oleh kepanikan pelaku pasar keuangan dan ekonomi terhadap wabah Covid-19. Sedangkan, fundamental ekonomi Indonesia dipastikannya masih sangat kuat.

Cadangan Devisa RI Maret Turun Jadi US$136,2 Miliar Buat Bayar Utang dan Stabilisasi Rupiah

"Iya, pasar panik. Walaupun rupiah ke 16.500 fundamental Indonesia masih kuat. Stimulus yang dilakukan oleh bank sentral global semua serba dadakan, ini mengindikasikan bank sentral terjadi kepanikan yang luar biasa," tegasnya.

Sebelumnya, Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo juga telah menekankan bahwa pergerakan rupiah yang terjadi saat ini dan terus melemah terhadap dolar Amerika Serikat, disebabkan oleh paniknya pelaku pasar keuangan terhadap kondisi wabah virus corona (Covid-19), baik di global maupun Indonesia.

Akibatnya, kata dia, para pelaku pasar keuangan terus menjual aset-aset berharganya, baik dalam bentuk Surat Berharga Negara yang dimilikinya maupun saham untuk kemudian dialihkan ke dalam bentuk uang tunai dolar, karena dianggap sebagai aset yang paling aman.

"Semua negara hadapi bahwa investor global melepas asetnya, baik saham maupun SBN, sekarang adalah cash is the king. Karena, bukan masalah fundamental, bukan masalah ekonomi, tapi memang cenderung kepanikan," tegas dia saat telekonferensi dari kantornya, Jakarta, Kamis, 19 Maret 2020.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya