Memberdayakan Transmigran Berkebun Sawit untuk Hidup Layak

Panen perdana KUD Mulus Rahayu Tahun 2016 (Dok Asian Agri).
Sumber :

VIVA – Sebagai respon terhadap ajakan pemerintah untuk membangun kapasitas masyarakat transmigran dari Pulau Jawa yang pada umumnya tidak memiliki bekal pengetahuan dan pengalaman berkebun sawit, Asian Agri salah satu perusahaan sawit nasional, berpartisipasi dalam pengembangan petani melalui Program Transmigrasi Pemerintah (PIR - Trans).

Saat bergabung dalam program transmigrasi pemerintah (PIR – Trans) ini awalnya, para transmigran dari berbagai provinsi kebanyakan tidak memiliki pekerjaan tetap di desa asalnya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, mereka memutuskan bermitra dengan Asian Agri. Di tengah adaptasi budaya dan lingkungan baru, mereka hanya berharap sederhana, yaitu kelak sawit  mampu meningkatkan taraf hidup dan derajat keluarga mereka. 

Sukirman dan Turiyah, suami – istri asal Purbalingga, Jawa Barat memberanikan diri mendaftar sebagai transmigran ke Pulau Sumatera pada tahun 1990. Sempat berkecil hati karena disebut sebagai orang buangan, keduanya bertekad mengubah hidup lebih baik di tempat baru yang mereka bayangkan sebagai hutan belantara. Ketekunan dan kesabaran mereka memberi hasil yang melebihi harapan di awal menjadi petani sawit. 

Kesan mendalam pun diuraikan Markun dan istrinya, Soimah. Keluarga petani kelapa sawit di Desa Tidar Kuranji, Kecamatan Maro Sebo Ilir, Kabupaten Batanghari, Jambi ini berputar haluan dari pekerjaannya sebagai buruh tani di Purwokerto, Jawa Tengah. Pria kelahiran tahun 1963 ini akhirnya memberanikan diri mengadu nasib bersama istri dan kedua anaknya di tahun 1995 dengan mengikuti program transmigrasi. Ketika bergabung dengan transmigran lainnya, Markun tidak berpikir muluk untuk memiliki lahan sendiri.

Dok Asian Agri. 

Markun mengakui sang istri yang juga dipercaya menjadi Sekretaris Badan Pengawas Desa sejak 2013 - sangat berperan untuk meningkatkan kesejahteraan keluarganya. Dengan bimbingan teknis maupun pengetahuan tentang berorganisasi, Markun kini memiliki 10 hektar kebun kelapa sawit. Meski kehidupannya membaik, Markun dan Soimah tetap bersahaja. “Kami bertahan dan berusaha keras memperbaiki kehidupan kami karena membayangkan nasib anak-anak kami kelak. Mereka harus lebih baik daripada kami,” tutur Markun yang tetap menekuni hobinya sebagai pemelihara ayam pelung dan ketawa.

Senada dengan Markun, Haji Sunaryo Nursidin, petani plasma binaan Asian Agri di Ukui, Riau binaan mengungkapkan, “Berbekal keyakinan dan usaha yang tekun, kami kini dapat meningkatkan kejahteraan keluarga dan masa depan yang lebih baik bagi anak-anak kami dengan menyekolahkan mereka hingga tingkat sarjana.” Sunaryo juga tak henti bersyukur karena kelapa sawit, ia dapat menunaikan Rukun Islam kelima bersama sang istri. 

Di Depan Sri Mulyani, Wagub Sumut Minta Bagi Hasil Pajak Kebun Sawit

Dok Asian Agri.

Kemitraan Satu Banding Satu

Mendag Luruskan Salah Tafsir Soal DMO-DPO Minyak Goreng

Rudy Rismanto, Head Kemitraan Asian Agri menjelaskan, “Dalam program kemitraan One to One atau Satu Banding Satu, kami menempatkan hubungan antara perusahaan dan petani sebagai mitra strategis, tidak hanya sebatas penjual dan pembeli.”

Komitmen One to One memberi kesempatan bagi Asian Agri dan petani untuk membangun budaya pekebun berkelanjutan, berfokus pada peningkatan kesejahteraan petani mitra dan praktik-praktik berkelanjutan yang wajib diterapkan bersama dengan petani. 

KPPU Ingatkan Kemendag Terkait DMO dan DPO Berimbas ke Petani Sawit

Panen perdana KUD Mulus Rahayu Tahun 2016 (Dok Asian Agri).Panen perdana KUD Mulus Rahayu Tahun 2016 (Dok Asian Agri).

Lebih lanjut Rudy menguraikan pentingnya program peremajaan kelapa sawit untuk mendukung praktik perkebunan sawit berkelanjutan. Program peremajaan (replanting) diperlukan untuk meningkatkan produksi sawit petani karena rata-rata kebun sawit yang dimiliki petani telah berusia lebih dari 25 tahun, dan produktivitas kelapa sawit menurun.

Para petani binaan Asian Agri, KUD Mulus Rahayu, menjadi contoh keberhasilan peremajaan  yang  dilakukan sejak tahun 2016. "Kami mulai panen sejak akhir 2018, dan tanaman sawit ini cepat berbuah karena menggunakan benih Topaz yang diproduksi Asian Agri," kata H. Jamal yang berusia 80 tahun lebih. Dana untuk peremajaan ini didapatkan melalui bantuan dari Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit sebesar Rp 25 juta untuk setiap hektar. Masih banyak kisah bahagia petani sawit yang bermitra dengan perusahaan. Keberhasilan para petani sawit tentu menginspirasi petani lainnya untuk mengikuti jejak sukses mereka.

Hingga saat ini Asian Agri telah bermitra dengan petani plasma di Riau dan Jambi serta petani swadaya di Riau, Jambi dan Sumatera Utara, dengan total luas kebun sawit petani mencapai lebih dari 101.000 hektar.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya