Radikalisme dan Intoleransi Juga Masih Jadi Pekerjaan Rumah Polri

Ilustrasi penangkapan terduga teroris
Sumber :
  • ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana

VIVA – Persoalan radikalisme, intoleransi hingga ekstrimisme, masih menghantui bangsa Indonesia. Mengenai ini, belum sepenuhnya mampu diatasi, sehingga menjadi pekerjaan rumah yang perlu tetap diperhatikan.

Sudahi Kegaduhan terkait Pilpres 2024, Elite Politik Diminta Tiru Sikap Prabowo

Polri dianggap, tetap harus menjadikan ini sebagai pekerjaan rumah. Mengingat basis dari masalah ini adalah kekerasan dan potensi terjadinya terorisme.

"Dibutuhkan perencanaan yang matang oleh seluruh pejabat pimpinan Polri di pusat dan daerah untuk menghadapi berbagai persoalan intoleransi, radikalisme dan ekstrimisme berbasis kekerasan yang mengarah pada terorisme," kata Direktur Eksekutif Jaringan Moderat Indonesia (JMI), Islah Bahrawi di Jakarta, Sabtu 30 Januari 2021.

Kata Mabes Polri Soal Anggota Polresta Manado Tewas Luka Tembak di Kepala

Konsep polisi yang Presisi (Pemolisian Prediktif, Responsibilitas, dan Transparansi Berkeadilan), yang dicanangkan Kapolri baru Jenderal Listyo Sigit Prabowo, menurutnya harus konsekuen dan konkret di lapangan. 

Sebab, ancaman ekstrimisme bukan persoalan mudah. Dia menyebut, penanganan persoalan itu membutuhkan proses yang panjang dan bertahap.

Prabowo Tetap Dikawal Satgas Pengamanan Capres Polri hingga H-30 Pelantikan

"Penanganan persoalan itu juga tidak cukup hanya mengandalkan pada pemerintah saja, tetapi juga perlu dukungan masyarakat di dalamnya," ujarnya.

Islah Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 7 Tahun 2021 tentang Rencana Aksi Nasional Pencegahan dan Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan yang Mengarah pada Terorisme (RAN PE). Aturan itu dalam penekanannya mengenai pencegahan, penegakan hukum, dan kemitraan. 

Menurut Islah, aturan yang dibuat Presiden Joko Widodo itu bentuk kebijakan politik negara yang melihat bahwa persoalan ekstrimisme atau kekerasan, dan terorisme adalah ancaman yang nyata bagi Indonesia.

Pekerjaan besar inilah, kata dia, karena persoalan ini terjadi bukan tanpa didahului masalah-masalah sebelumnya seperti ekstrimisme.

"Sikap intoleransi menjadi benih-benih awal yang membawa kecenderungan pada lahirnya radikalisme, ekstrimisme kekerasan dan terkadang mengarah pada aksi terorisme," kata Islah.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya