Demokrat Sindir Puji-pujian Ketum Partai Koalisi Pemerintah

Pertemuan Presiden Jokowi dengan pimpinan Parpol koalisi di Istana.
Sumber :
  • Istimewa

VIVA – Partai Demokrat melayangkan sindiran terhadap aksi puji-puji yang dilakukan pimpinan partai koalisi pemerintahan Presiden Joko Wododo, di Istana Negara. Pertemuan berlangsung pada 25 Agustus 2021.

Gunung Ruang Sitaro Erupsi, Wapres Imbau Patuhi Petunjuk Mitigasi Bencana Pemerintah

Dalam video tersebut, Presiden Joko Widodo menyampaikan pemaparannya mengenai penanganan pandemi. Juga imbas lainnya termasuk di sektor ekonomi. Seluruh ketua umum partai, yakni PDIP, Gerindra, Golkar, Nasdem, PPP, PKB hingga PAN yang baru masuk, menyampaikan pujian atas kinerja Presiden atau pemerintah.

Ada tujuh pimpinan yang ikut dalam pertemuan tersebut yaitu Ketum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri, Ketum Partai Golkar Airlangga Hartarto, Ketum Partai Gerindra Prabowo Subianto, Ketum Partai NasDem Surya Paloh, Ketum Partai Kebangkitan Bangsa Muhaimin Iskandar, Ketum PPP Suharso Manoarfa dan Ketum Partai Amanat Nasional (PAN) Zulkifli Hasan.

Jokowi Beri Sinyal Kelanjutan Insentif Mobil Hybrid

Baca juga: Saat Prabowo Sebut Keputusan Jokowi Cocok untuk Rakyat

Menurut Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat, Herzaky Mahendra Putra, saat ini Indonesia masih belum keluar dari pandemi COVID-19. Maka dari itu, lanjut dia, bukan saat yang tepat melakukan pujian dan berselebrasi dikala pandemi belum usai. 

Andi Mallarangeng Ungkit Dahulu Ada Partai Pemerintah tapi Berperilaku Seperti Oposisi

"Demokrat meminta pemerintah untuk terus mawas diri dan menahan diri serta tidak sibuk dengan puja puji atau selebrasi terlalu dini. Tolonglah berempati dengan 130 ribu keluarga anak bangsa yang telah kehilangan sanak saudaranya karena pandemi," kata Herzaky, kepada wartawan Minggu 29 Agustus 2021.

Herzaky mengingat ucapan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono atau AHY, yang mengatakan tidak ada yang lebih bernilai dari nyawa manusia. Saat ini, masih terlalu dini untuk melakukan selebrasi. Lebih baik, lanjut dia, terus melakukan evaluasi serta mempersiapkan mitigasi. 

"Agar ada antisipasi jika nanti ada serbuan dari varian baru virus penyebab pandemi ini. Janganlah mengulang kesalahan sama, seperti ketika di awal pandemi, maupun tatkala varian delta menyerbu negeri di Juni-Juli lalu. Pemerintah gelagapan dan kekacauan terjadi di mana-mana," ujar Herzaky.

Dia juga mengingatkan kondisi beberapa bulan lalu, di mana oksigen sulit diperoleh sampai banyak rakyat penderita COVID-19 kehilangan nyawa. Banyak rakyat terbaring di parkiran menanti giliran bisa dirawat inap di rumah sakit, maupun tenaga kesehatan banyak yang kelelahan dan kemudian meregang nyawa karena menangani pasien tak pernah henti. 

"Kita semua tentunya ingin agar negeri ini terbebas dari pandemi. Kalaupun memang belum bisa terbebas segera, setidaknya tak ada lagi anak negeri ini yang mesti kehilangan nyawa karena pandemi. Untuk itu, perlu kerja keras kita semua, terutama pemerintah," katanya.

Herzaky meminta pemerintah sebaiknya fokus untuk terus memikirkan dan menempuh kebijakan yang benar-benar efektif. Bukan sekedar menyelesaikan apa yang di depan mata saja, tapi menyisakan persoalan di kemudian hari. 

"Rasio jumlah pasien positif COVID-19, rasio jumlah kematian, maupun jumlah penduduk yang divaksin, masih sangat jauh dibandingkan standar WHO, ataupun negara-negara tetangga. Terlalu dini untuk berpuas diri," jelasnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya