FKUB Sulteng: Kelompok MIT Masih Eksis

Sejumlah prajurit TNI AD memburu kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Desa Lembangtongoa, Kabupaten Sigi, Sulawesi Tengah, Selasa, 1 Desember 2020.
Sumber :
  • ANTARA/Eddy Djunaedi

VIVA – Forum Kerukunan Umat Beragama (FKUB) Provinsi Sulawesi Tengah (Sulteng) mendukung penuh upaya Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri dalam menindak para pelaku kejahatan terorisme di wilayah Sulteng termasuk di Poso.

"Apa yang dilakukan oleh TNI dan Polri di Kabupaten Poso, dalam upaya memberantas terorisme merupakan wujud nyata keberpihakan negara dalam memberikan rasa aman dan nyaman kepada masyarakat," ujar Ketua FKUB Provinsi Sulteng Zainal Abidin, di Palu, Minggu, 19 September 2021.

TNI dan Polri yang tergabung dalam Satgas Madago Raya terus berupaya mengejar dan menangkap kelompok garis keras Mujahidin Indonesia Timur (MIT) di Kabupaten Poso.

Bahkan, TNI dan Polri dilaporkan telah menewaskan Ali Kalora selaku pemimpin MIT dan satu anggotanya bernama Jaka Ramadhan. Ali Kalora dan Jaka Ramadhan tewas dalam kontak tembak antara Satuan tugas Madago Raya yang terjadi pada Sabtu.

FKUB, kata Zainal, mendukung upaya TNI dan Polri membasmi para pelaku teror yang di wilayah Sulteng. Radikalisme, terorisme, menurutnya, merupakan musuh negara yang tidak bisa dibiarkan untuk tumbuh berkembang di NKRI termasuk di wilayah Sulteng.

Hal itu, karena radikalisme dan terorisme memberikan ancaman nyata terhadap bernegara, NKRI, serta mengganggu kenyamanan dan ketenteraman masyarakat.

"Aksi-aksi teror yang mereka lakukan di Parigi Moutong, di Sigi, dan di Napu Kabupaten Poso merupakan aksi keji, tidak manusiawi, yang sangat mencederai kemanusiaan dan kerukunan antarsesama manusia dan agama," ujar Zainal.

Oleh karena itu, dia mengingatkan semua pihak di daerah Sulteng harus mewaspadai penyebaran radikalisme.

Harga Bawang Putih Rp 60 Ribu di Sulteng, Jokowi: Ini yang Agak Mahal, tapi Secara Umum Baik

"Radikalisme di Sulawesi Tengah bukan sebatas gerakan dakwah, pemikiran atau ideologi, tetapi sudah sampai dalam bentuk tindakan teror. Bahkan hingga hari ini kelompok MIT masih eksis," katanya.

Guru Besar UIN Datokarama Palu itu menguraikan, berdasarkan hasil survei yang dilaksanakan oleh BNPT bersama Alvara Research dan Nazaruddin Umar Foundation menunjukkan tren potensi radikalisme di Indonesia menurun, dari tahun 2017 sebesar 55,2 persen atau masuk dalam kategori sedang. Tahun 2019 sebesar 38,4 persen, kategori rendah, dan pada tahun 2020 menjadi 14 persen, yaitu kategori sangat rendah.

Jokowi Kunjungan Kerja ke Sulteng, Resmikan Rekonstruksi Bandara Mutiara SIS Al-Jufri

"Namun, hal ini tidak harus membuat kita berpuas diri apalagi lengah, penurunan data statistik ini bukan berarti radikalisme segara berakhir," katanya.

Dia juga mengajak kepada semua pihak untuk bersatu padu melawan radikalisme dan terorisme, dengan tidak memberikan ruang kepada mereka untuk berkembang.

Prabowo-Gibran Unggul di Sulteng dengan 1,2 Juta Suara, Ganjar-Mahfud Cuma 160 Ribu

"Salah satunya yakni langkah pencegahan harus kita optimalkan, jangan sampai terjadi mati satu, tumbuh seribu. Ini harus kita antisipasi bersama, oleh karenanya perlu kebersamaan, kesolidan, dan menyatukan langkah untuk menangkal paham intoleransi, radikal, teroris," katanya. (ant)

Polres Banggai gelar jumpa pers kasus perampokan di sebuah Hotel. (Foto: Humas Polres Banggai).

Komplotan Perampok Bobol Hotel di Sulteng, Barang Perabot Ludes Total Kerugian Rp 700 Juta

Mulai kulkas, AC, kasur springbed, hingga CCTV digondol kawanan perampok ini.

img_title
VIVA.co.id
4 Mei 2024