Tim Satgas Madago Raya Ungkap Kesulitan Buru Kelompok Teroris MIT

Dua prajurit TNI memburu kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur (MIT) pimpinan Ali Kalora di hutan pegunungan Poso, Sulawesi Tengah.
Sumber :
  • Puspen TNI

VIVA – Tim Satgas Madago Raya masih memburu empat orang buronan teroris kelompok Mujahidin Indonesia Timur (MIT) usai pimpinan Ali Kora ditembak mati. Namun, Polri menyebut lokasi perburuan empat daftar pencarian orang (DPO) teroris ini tidak semudah seperti di Ibu Kota Jakarta.

Evaluasi Mudik 2024, Muhadjir Ungkap Sejumlah Catatan dari Jokowi

“Bisa bayangkan ya bahwa lokasi itu tidak seperti Jakarta,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Raden Prabowo Argo Yuwono saat dihubungi wartawan pada Rabu, 22 September 2021.

Menurut dia, tempat persembunyian empat orang buronan tersebut bukan jalanan yang rata, tapi pegunungan yang penuh kabut. Sehingga, anggota di lapangan yang mengejar buronan teroris butuh waktu tiga hari berjalan kaki untuk bisa sampai ke lokasi.

28.861 Tersangka Narkoba Ditangkap Selama 8 Bulan, Ada Pelaku Kasus Laboratorium Ekstasi

"Rata enggak, tapi bergunung-gunung bisa dilalui tiga hari jalan kaki, itu naik turun. Naik turun tiga hari. Belum nanti oksigen sendiri di sana terbatas. Jadi tentunya dengan liku-liku hutan dan kabut itu ya," ujarnya.

Apalagi, kata Argo, mereka buronan teroris juga sudah menguasai medan karena lama tinggal di hutan. Bahkan, mereka bisa mendeteksi keberadaan manusia dan hewan hanya dengan mendengarkan suara.

Warga Tewas Usai Diperiksa Polisi di Aceh, Propam Turun Tangan

"Namanya orang yang sudah lama di hutan itu, kan mudah mereka memahami bagaimana liku-liku hutan. Misalnya ada bunyi kresek, itu kan (mereka) paham juga, 'oh itu bunyi kaki manusia. Oh itu bunyi ular'. Dia akan paham karena sudah lama di sana," jelas dia.

Oleh karena itu, Argo berharap dari empat orang itu menyerahkan diri setelah Ali Kora ditembak mati. Sementara, masyarakat diminta tidak takut memberikan informasi mengenai keberadaan para buronan MIT.

"Masyarakat misal kita tanya, kadang masyarakat ketakutan. Kalau masyarakat omong apa adanya, nanti kalau dia diancam bagaimana? Dia juga tetap sebagai manusiawi waswas juga di sana," ujarnya.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya