Curhat Ibu yang Anaknya Diduga Dipaksa Pakai Jilbab di SMA Bantul

Ilustrasi siswi berjilbab.
Sumber :
  • VIVAnews/Tri Saputro

VIVA Nasional – Seorang siswi SMA Negeri 1 Banguntapan, Kabupaten Bantul mengalami depresi karena diduga dipaksa memakai jilbab oleh sekolah. Siswi ini sempat mengunci diri di dalam kamar mandi sekolah dan saat di rumah siswi ini mengurung diri di dalam kamar.

14 Sekolah Terima Dukungan Program Pengembangan Esports

Pasca dugaan pemaksaan ini, sang ibu yaitu Herprastyanti Ayuningtyas menuliskan curahan hatinya (curhat). Curhat sang ibu ini berisikan:

"Nama saya, Herprastyanti Ayuningtyas, seorang ibu, perempuan Jawa, tinggal di Yogyakarta, yang sedang sedih dengan trauma, yang kini dihadapi putri saya, dampak dari memperjuangkan hak dan prinsipnya," kata Herprastyanti dalam keterangan tertulisnya, Kamis 4 Agustus 2022.

Membanggakan! Siswa MAN 2 Bantul Sabet 2 Medali Emas di Indonesia International Invention Expo 2024

Anak SMA (ilustrasi)

Photo :
  • U-Report

Herprastyanti menceritakan jika putrinya adalah anak yang jadi perhatian media di sekolah di SMAN1 Banguntapan, Bantul. Bagi kami orang tuanya, kata Herprastanti, dia bukan anak yang lemah atau bermasalah.

Pemuda Tanggung Cekoki Siswi SMP Miras Lalu Diperkosa, Kini Mendekam di Penjara

Herprastyanti menuturkan jika anaknya terbiasa dengan tekanan. Saya, imbuh Herprastyanti dan ayahnya bercerai namun kami tetap bersama mengasuh anak kami. Dia atlit sepatu roda. Dia diterima di SMAN 1 Banguntapan 1 sesuai prosedur.

"Pada Selasa, 26 Juli 2022, anak saya menelepon, tanpa suara, hanya terdengar tangisan. Setelahnya baru terbaca WhatsApp, 'Mama ak mau pulang, ak ga mau dsni.'

"Ibu mana yang tidak sedih baca pesan begitu? Ayahnya memberitahu, dari informasi guru, bahwa anak kami sudah satu jam lebih berada di kamar mandi sekolah," ucap Herprastyanti.

Herprastyanti menceritakan dirinya segera jemput anak saya di sekolah. Saya menemukan anak saya di Unit Kesehatan Sekolah dalam kondisi lemas.

"Dia hanya memeluk saya, tanpa berkata satu patah kata pun. Hanya air mata yang mewakili perasaannya," ungkap Herprastyanti.

Herprastyanti membeberkan sang anak saat awal sekolah pernah bercerita bahwa di sekolahnya “diwajibkan” pakai jilbab, baju lengan panjang, rok panjang. Putri saya, lanjut Herprastyanti memberikan penjelasan kepada sekolah, termasuk walikelas dan guru Bimbingan Penyuluhan, bahwa dia tidak bersedia.

"Dia terus-menerus dipertanyakan, 'Kenapa tidak mau pake jilbab?'," tutur Herprastyanti.

Ilustrasi Jilbab

Photo :
  • Jilbab

Herprastyanti mengungkapkan putrinya menceritakan jika dalam ruang Bimbingan Penyuluhan, seorang guru menaruh sepotong jilbab di kepala anak saya.

"Ini bukan 'tutorial jilbab' karena anak saya tak pernah minta diberi tutorial. Ini adalah pemaksaan," tegas Herprastyanti.

"Saya seorang perempuan, yang kebetulan memakai jilbab, tapi saya menghargai keputusan dan prinsip anak saya. Saya berpendapat setiap perempuan berhak menentukan model pakaiannya sendiri," ungkap Herprastyanti.

Herprastyanti menambahkan saat ini putrinya trauma dan harus mendapat bantuan psikolog. "Saya ingin sekolah SMAN1 Banguntapan, pemerintah Yogyakarta (DIY), serta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan,  bertanggungjawab. Kembalikan anak saya seperti sediakala," kata Herprastyanti.

"Beberapa guru menuduh putri saya punya masalah keluarga. Ini bukan masalah keluarga. Banyak orang punya tantangan masing-masing. Guru-guru yang merundung, mengancam anak saya, saya ingin bertanya, 'Punya masalah apa Anda di keluarga sampai anak saya jadi sasaran? Bersediakah bila kalian saya tanya balik seperti ini?'," pungkas Herprastyanti.

Baca juga: KPAI: Siswi Dipaksa Berjilbab di Bantul Mengurung Diri di WC Sekolah

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya