Tantangan Menjadi Pembimbing Ibadah Jemaah Haji di Bandara

Petugas Bimbad Daerah Kerja (Daker) Bandara, H. Zulkarnain Nasution, Lc. M.Si
Sumber :
  • MCH 2022

VIVA – Tujuan dibentuknya PPIH (Panitia Penyelenggara Ibadah Haji) adalah untuk memberikan pembinaan, pelayanan dan perlindungan bagi jemaah haji Indonesia. Ini agar para jemaah dapat menunaikan ibadah sesuai dengan ketentuan syariat dan mewujudkan kemandirian dan ketahanan.

430 Jemaah Calon Haji Tangerang Berangkat ke Tanah Suci

Untuk itu pemerintah melalui PPIH membentuk sejumlah seksie dalam melayani jemaah haji. Salah satunya adalah seksie Pembimbing Ibadah (Bimbad) yang ikut diberangkatkan bersama kloter jemaah haji. 

Kemudian sampai di Arab Saudi, ada pula para petugas pembimbing ibadah haji yang ditempatkan di setiap sektor dan Daerah Kerja (Bandara, Mekah, dan Madinah).

Kisah Mufid Bisa Naik Haji Sekeluarga Gara-gara Pentol

Petugas Bimbad Daerah Kerja (Daker) Bandara, H. Zulkarnain Nasution, Lc. M.Si mengungkapkan, Bimbad Daker Bandara memiliki tantangan tersendiri dibanding Daker lain. Sebab Bandara menjadi awal kedatangan para jemaah.

"Terkhusus di Daerah Kerja Bandara, tentu pembimbing ibadah memiliki tantangan sendiri. Mengingat bandara adalah starting awal bagi jemaah merasakan suasana yang berbeda dengan negara asalnya," kata Zul kepada Tim MCH (Media Center Haji). 

Bus Salawat Ramah Lansia dan Disabilitas Disiapkan untuk Jemaah Haji Indonesia

Ada beberapa tantangan dan kendala yang dirasakan Zulkarnain Nasution selama menjadi Bimbad di Bandara. Yakni sarana dan prasarana kerja yang belum memadai  di Daker Bandara. 

Alhasil, dalam menyampaikan hal-hal yang terkait bimbingan ibadah, baik saat kedatangan dan menjelang kepulangan jamaah haji kurang maksimal karena tidak didukung dengan sound system yang cukup.

Paviliun jemaah haji Indonesia di Bandara Jeddah, Arab saudi

Photo :
  • MCH/Zaky Al Yamani

Selain itu, banyaknya jemaah haji yang masih tetap menginginkan berihram dari Bandara Jeddah. Sehingga menyebabkan riuh dan terburu-buru karena keterbatasan toilet dan waktu tunggu. 

"Bahkan ada ditemukan petugas kloter yang belum mengerti manasik, seperti sudah berniat dan memakai ihram di atas pesawat tetapi masih memakai rompi petugas dengan alasan agar jemaah haji mengenalinya," ungkap Zul.

Selain itu, terdapat Kelompok Bimbingan Ibadah Haji dan Umroh (KBIHU) yang masih memakai identitas dan atribut KBIHU. Ada juga KBIHU yang menganjurkan jemaah haji untuk mengambil miqot di bandara Jeddah tanpa terlebih dahulu mandi dan memakai ihram sejak dari embarkasi. 

Ada juga ditemukan jemaah haji yang memilih melaksanakan haji ifrod (terus memakai ihram sejak kedatangan sampai selepas lontar Aqobah), ketimbang haji tamattu'. 

Zulkarnain pun memberi solusi dan saran atas tantangan dan kendala tersebut, yakni perlu penambahan prasarana kerja untuk penunjang kelancaran tugas, pengadaan sound system yang memadai dan perlu  pemahaman kepada KBIHU dan jemaah haji agar sudah berihram dari embarkasi.

Lalu perlu penguataan bimbingan manasik bagi petugas, sosialisasi pelarangan sejak di embarkasi dan TPIHI bisa tegas dalam menertibkan cara miqot jemaah haji sejak di embarkasi.  

"TPIHI juga wajib melaporkan ke Bimbingan Ibadah di Daker Bandara. Serta yang paling penting perlunya secara terus menerus pemahaman yang baik akan pilihan berhaji sehingga tidak terkesan memaksakan dan memberatkan  diri," tutur Zulkarnain.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya