Gus Miftah: Sudah Lazim Tokoh Politik Memanfaatkan Kiai

Gus Miftah
Sumber :

VIVA Nasional – Belakangan ini Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa tengah menjadi perbincangan  hangat publik. Bukan tanpa alasan, Suharso dianggap sudah menghina dan melecehkah kiai-kiai mengenai cara tentang kebiasaan pemberian amplop untuk berkunjung ke pesantren. Persepsi tersebut lantaran dugaan cerita Monoarfa mengenai kebiasaan memberi amplop. 

Diungkap Istri, Anak Kiai Ponpes di Jember Sering Open BO Waria

Pendakwah sekaligus pimpinan Pondok Pesantren Ora Aji, Sleman Yogyakarta, Gus Miftah mengatakan bahwa cerita yang dilontarkan Suharso sudah menghina kehormatan para kiai-kiai yang ada di Indonesia. Gus Miftah menyebut bahwa dalam khazanah pesantren ada istilah tabarukan atau ngalap berkah yang dilakukan oleh seorang santri kepada kiai.

“Maksud anda apa ya pak ketua umum partai yang terhormat @suharsomonoarfa? Statemen Anda sangat menghina Marwah kyai dan pondok pesantren. Dalam khazanah pesantren ada istilah tabarukan, yaitu ngalap berkah yang dilakukan oleh seorang santri atau jamaah kepada kyai. ” tulis Gus Miftah di akun Instagram pribadinya.

Film ‘Guru Tugas’ Tuai Kecaman di Madura, Polda Jatim Tangkap 3 Orang Konten Kreator

Gus Miftah menegaskan bahwa tidak ada kebiasaan tersebut di pesantren. Kalau pun ada hal tersebut adalah sebuah inisiatif dari seorang sowan atau jemaah, itu adalah bentuk sumbangan kepada pesantren dan sedekah kepada para santri. 

“Tidak ada permintaan kyai kepada para santri dan jamaah kalau sowan harus kasih amplop atau apapun, kl toh ada itu justru inisiatif dari santri atau jamaah yang sifatnya sukarela sebagai rasa mahabbah seorang santri kepada kyai,” lanjutnya. 

Kisah Arifin Sidhik Mengembngkan Program Kemitraan di Pesantren

Lebih lanjut, Gus Miftah juga menyinggung soal para pejabat yang kerap seperti kacang lupa kulitnya. Mereka memerlukan para pemuka agama saat ingin menduduki jabatan tertentu dan akan dilupakan begitu saja setelah tercapai keinginan tersebut. 

“Sudah menjadi kelaziman para tokoh politik memanfaatkan kyai untuk kepentingan politiknya, kyai selama ini hanya terkesan dimanfaatkan. Kalau butuh mereka sowan kyai, selesai butuh nya kembali meninggalkan kyai. Persis seperti daun salam dan laos, kalau masak sayur dicari pertama kali, sayurnya matang daun salam dan laosnya dibuang pertama kali,” ungkapnya.

Gus Miftah mendesak supaya Suharso Monoarfa segera memberikan klarifikasi atas pernyataan. Bukan hanya klarifikasi guru spiritual Deddy Corbuzier itu juga menegaskan bahwa Suharso harus segera meminta maaf atas ucapan tersebut. 

“Kali ini Anda menghina kyai dan pesantren dengan kalimat yang menyakitkan, saya sebagai santri yang biasa sowan kyai untuk tabarukan dan ngalap berkah meminta anda untuk klarifikasi dan minta maaf!!!” pungkasnya. 

Sebelumnya diberitakan, dalam kegiatan pembekalan antikorupsi kepada pengurus PPP, Suharso Monoarfa mendapat kesempatan untuk memberikan sambutan. Pada awal sambutannya, ia disebut menceritakan pengalaman pribadi ketika datang ke pondok pesantren besar untuk meminta doa dari beberapa kiai. 

"Waktu saya Plt. Ini demi Allah dan RasulNya terjadi. Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya, saya minta didoain kemudian saya jalan. Tak lama kemudian saya dapat pesan di WhatsApp, Pak Plt, tadi ninggalin apa nggak untuk kiai?” Terang Suharso. 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya